MEMAKNAI PEMBELAJARAN KOMPETENSI SOSIAL DAN EMOSIONAL
Pengembangan kompetensi
murid tentu tidaklah cukup dengan hanya fokus pada aspek kognitif saja, namun
kompetensi sosial dan emosional sangat diperlukan. Diperlukan keterampilan
dalam berinteraksi antara guru dengan murid yang dapat membangkitkan kompetensi
tersebut, sehingga bisa membangun hubungan hormanis keduanya. Oleh karena itu
kompetensi sosial dan emosional memiliki peran sentral dalam keberhasilan
akademik dan kehidupan guru dan murid.
Seperti diketahui, Ki
Hajar Dewantara mengatakan pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan
tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan anak yang
sesuai dengan dunianya. Hal tersebut menegaskan pembelajaran sosial dan
emosional yang berbasis kesadaran penuh merupakan upaya untuk menciptakan
ekosistem sekolah yang mendorong bertumbuhnya budi pekerti, selain intelektual
tentunya. Melalui pembelajaran sosial dan emosional ini, murid diajak untuk
menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami sejumlah pengalaman yang
dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif.
Terdapat lima kompetensi
kunci dalam pengembangan pembelajaran soial dan emosional menurut Daniel
Goleman (1995), yakni kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self
mangament), kesadaran sosial (social awareness), kemampuan berelasi
(relationship), dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (responsible
decision-making). Semuanya sangat penting dalam pengembangan kemampuan
mengontrol diri, sejak mengidentifikasi masalah, menganalisi permasalahan,
mengevaluasi, merefleksi, dan tanggung jawab yang etis.
1. Kesadaran Diri (Self
Awareness)
- Mengidentifikasi emosi: seseorang harus mengidentifikasi emosi yang dimiliki karena mosi ini berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan. Jika tak mampu mengidentifikasi diri dan mengontrolnya, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan bersosialisasi.
- Self-perception yang akurat karena pada dasarnya kesadaran diri berkaitan dengan diri sendiri. Anak perlu mengenali bagaimana dirinya, apakah baik atau buruk. Dengan begitu, anak akan paham dan mengerti dirinya sendiri dan mengontrol dirinya termasuk tingkah lakunya.
- Mengenali keunggulannya karena masing-masing anak memiliki keunggulan yang berbeda. Mengenali sisi plus dari anak bisa membantu perkembangan sosial emosinya. Jadi, anak bisa fokus pada keunggulan yang ada di dirinya dan bukan fokus kekurangan.
- Memiliki kepercayaan diri yang akan sangat berpengaruh untuk kehidupan sosialnya. Misalnya berinteraksi dengan orang lain.
- Memiliki keyakinan diri untuk mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Manajemen Diri (Self
Management)
- Menahan hasrat atau nafsu yang berkaitan dengan menunda perayaan atau kepuasaan diri sendiri. Kemampuan ini juga berkaitan dengan unjuk gigi di saat yang tepat atau berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Dengan begitu, anak bisa tahu, kapan harus bertindak dan kapan harus menahan diri.
- Manajemen stress untuk membantu anak bertahan di kondisi tertentu, misalnya saat belajar, sehingga tujuannya tercapai.
- Mendisiplinkan diri dan dalam hal ini termasuk mengontrol perasaan dan hasrat diri. Self-discipline juga bisa dikatakan sebagai kemauan diri untuk menahan diri agar bisa fokus ke tujuan yang sudah dibuat.
- Mengatur tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengatur goal perlu mempertimbangkan SMART untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak. SMART adalah singkatan dari specific, measurable, attainable, realistic, timely.
- Memotivasi diri: anak butuh dorongan dari dalam dirinya sendiri agar bisa bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya motivasi diri, seseorang hanya bisa berjalan di tempat dan tidak akan mengalami proses yang berarti.
- Kemampuan berorganisasi yang akan bermanfaat untuk mengatur informasi dan waktu. Dengan begitu, anak akan lebih terorganisir, produktif dan memaksimalkan waktu serta menyaring informasi yang relevan dengan tujuan.
3. Kesadaran Sosial (Social Awareness)
- Pengambilan atau melihat dari perspektif: kemampuan ini berkaitan erat dengan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda di kondisi dan situasi tertentu. Anak perlu belajar untuk mencoba memahami situasi yang berbeda untuk memahami kondisi sekitarnya.
- Empati berkaitan dengan memahami apa perasaan orang lain karena seakan menempatkan diri di posisi orang tersebut.
- Mengapresiasi dan menghormati perbedaan yang dimiliki antar individu. Jadi, anak Anda tidak membeda-bedakan orang berdasarkan pada asalnya, bahasanya, kulit tubuhnya, kondisinya, jenis kelaminnya, kepercayaannya terutama saat berteman.
- Menghormati orang lain dengan pikiran terbuka dan tidak sembarangan melakukan penghakiman atas kondisi tertentu. Dalam melatih anak, cobalah untuk memulai untuk mengajarkan pada anak untuk tidak saling membenci. Anda juga bisa menunjukkan dengan tindakan bagaimana cara menghormati dan berpikiran terbuka.
4. Kemampuan Berelasi (Relationship Skill)
Kemampuan berelasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan kelompok. Dengan kata lain, kemampuan berelasi ini berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi seseorang. Bayangkan, tanpa adanya komunikasi, apakah seseorang bisa bersosialisasi dengan baik? Tidak. Kemampuan berelasi ini akan sangat bermanfaat untuk anak ketika bekerja sama dalam tim, baik tim kecil ataupun tim besar.
- Berkomunikasi dengan jelas: komunikasi yang Anda tangkap mungkin berkaitan dengan berbicara atau menyampaikan pendapat. Namun, komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan memahami gesture atau bahasa tubuh, ekspresi sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman.
- Mendengarkan dan meresponnya dengan baik. Untuk menjadi pendengar yang baik, tentu kemampuan kontak mata, fokus, memahami ekspresi muka dan memberikan jawaban diperlukan.
- Bekerja sama dengan yang lain untuk meraih tujuan. Dalam kemampuan ini, sebagai individu, anak dituntut untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan begitu, anak akan lebih menghormati pendapat orang lain dan bekerja sama untuk keperluan tim.
- Tahan dari tekanan sosial dan kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan self management skill. Anak yang mampu bertahan dari tekanan sosial dapat bertahan untuk tidak terlibat dengan sesuatu yang berpotensi merusak diri.
- Perundingan masalah secara konstruktif yang melibatkan pencapaian untuk saling memuaskan dan memenuhi kebutuhan dari semua pihak. Dengan kata lain, skill ini berkaitan erat dengan musyawarah mufakat untuk membuat dan menentukan solusi yang adil untuk semua pihak.
- Menawarkan dan mencari bantuan jika diperlukan karena tidak semua orang mampu bertahan di kondisi yang berbeda-beda. Jadi, perlu pemahaman yang baik untuk mengenali situasi dan apa yang dibutuhkan/ditawarkan ke orang lain. Dengan begitu, aktivitas bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan.
5. Pembuatan Keputusan
Bertanggung Jawab (Responsible Decision Making)
Kemampuan ini berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara bertindak sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.
- Mengidentifikasi masalah: apakah masalah yang dihadapi tersebut mudah atau susah. Dalam pembelajaran, anak akan dihadapkan dalam suatu masalah dan biarkan anak untuk bertindak sendiri. Lihat dan bimbing apakah anak mampu mengidentifikasi masalahnya atau justru sebaliknya dan butuh bantuan dari orang dewasa.
- Menganalisa situasi yang berkaitan erat dengan mengidentifikasi masalah. Untuk menganalisa situasi, tentu anak Anda harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu, anak Anda bisa mengetahui masalahnya seperti apa dan cara mengatasinya.
- Mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, anak harus tahu kemungkinan yang akan terjadi jika keputusan tersebut diambil. Misalnya apakah akan merugikan salah satu pihak atau cukup adil untuk semua pihak.
- Mempertimbangkan tanggung jawab dari keputusan yang diambil. Dalam pembelajaran, anak perlu mempertimbangkan mengenai norma yang berlaku.
- Evaluasi dan introspeksi diri sebagai bentuk perubahan atas keputusan yang diambil. Anak perlu tahu apakah keputusan tersebut tepat atau tidak dan kemudian mengevaluasi sehingga ada perbaikan di masa depan.
Jika melihat hal di atas,
maka dapat dikatakan pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran
yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang
memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan
emosional.
Ada tiga hal yang menjadi
ruang lingkup untuk setiap kompetensi pembelajaran sosial dan emosional, yaitu:
1) kegiatan rutin yang merupakan kondisi di luar kegiatan belajar mengajar
secara akademik; 2) integrasi dalam pembelajaran, dan 3) protokol, budaya atau
peraturan sekolah yang sudah disepakati bersama. Semuanya akan dipetakan ke
dalam lima kompetensi pembelajaran sosial dan emosional, yakni kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan pembuatan kepetusan
yang bertanggung jawab.
Teknik Pembelajaran
Sosial dan Emosional
1. Ruang
Lingkup Rutin
Untuk ruang lingkup
Rutin, kompetensi sosial dan emosional Kesadaran diri – pengenalan emosi,
teknik yang dapat digunakan adalah 1) bernafas dengan kesadaran penuh; 2)
penjelasan tentang apa yang dilakukan guru, caranya adalah dengan meminta murid
untuk berhenti melakukan kegiatan apapun dan menarik nafas dalam-dalam dan
kemudian melepaskannya perlahan-lahan. Lakukan sebanyak 10 kali; 3) penjelasan
tentang apa yang dikatakan pada murid. Tekniknya adalah guru meminta murid
merasakan pada tubuh, pikiran, dan perasaan mereka setelah melakukan kegiatan
tersebut. 4) penjelasan tentang tujuan. Tekniknya adalah bernapas dalam-dalam
meningkatkan suplai oksigen ke otak dan menstimulasi sistem saraf parasimpatis,
yang meningkatkan ketenangan.
Sementara untuk
kompetensi pengelolaan diri – mengelola emosi dan fokus, teknik yang dapat
dilaksanakan dengan 1) berorganisasi, 2) tentang apa yang dilakukan oleh guru,
tekninya adalah dengan meminta murid terlibat aktif dalam setiap kegiatan
ekstra di sekolah. 3) tentang apa yang dikatakan pada murid. Tekniknya adalah
murid mengikuti kegiatan di luar jam belajar sekolah formal dengan mengatur
informasi yang dia dapatkan dari kegiatan ekstra tersebut dan juga mengatur
waktu dalam kegiatan sehari-harinya. 3) tentang tujuan, murid akan lebih
terorganisir, produktif serta dapat mengoptimalkan waktu sehari-harinya dan
dapat menyaring informasi yang relevan dengan tujuan.
Di sisi lain, kesadaran
sosial – keterampilan berempati, tekniknya adalah dengan melaksanakan kegiatan
keagamaan; 2) penjelasan tentang apa yang dilakukan guru, tekniknya meminta
murid untuk mengumpulkan sumbangan sukarela untuk membantu teman yang kurang
mampu. 3) penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid, tekniknya murid
mengumpulkan sumbangan melalui pengurus kelas; 4) penjelasan tentang tujuan
adalah melatih dan menumbuhkembangkan kesadaran sosial (empati) bagi warga
sekolah.
Selanjutnya, untuk
kompetensi berhubungan sosial – daya lenting (resiliensi), teknik yang
dapat digunakan dengan Senyum, Salam, Sapa; 2) penjelasan tentang apa yang
dilakukan guru. Tekniknya, guru menunggu murid di depan gerbang sekolah dengan
mengucapkan salam, tersenyum dan menyapa mereka dengan ramah; 3) tentang apa
yang dikatakan pada murid, guru menyapa murid dengan ucapan salam dengan ramah
dan sopan untuk menimbulkan budaya positif sekolah; 4) tentang tujuan, yakni
murid mampu menumbuhkan kemampuan hubungan sosial dengan semua warga sekolah.
Berikutnya, kompetensi
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, teknik yang dapat dilaksanakan
adalah: 1)menggunakan kerangka yang disebut POOCH –(Problem (Masalah), Options
(Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau konsekuensi), dan Choices (Keputusan
yang diambil); 2) tentang apa yang dilakukan guru adalah membimbing,
mengarahkan dan membantu menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang
bertanggung jawab; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid adalah meniru dan
berlatih dalam menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung
jawab; 4)tentang tujuan, yakni memastikan bahwa keputusannya mengarah pada
tindakan yang meningkatkan kesehatan, melindungi keselamatan, mematuhi
undang-undang, menunjukkan rasa hormat pada diri sendiri dan orang lain,
mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh orang dewasa.
2. Ruang
Lingkup Integrasi dalam Pembelajaran
Di dalam ruang lingkup
integrasi pembelajaran pada kompetesi kesadaran diri-pengelolaan emosi, maka
teknik yang dapat diambil: 1) identifikasi Perasaan; 2) tentang apa yang
dilakukan guru, yakni membacakan sebuah cerita yang perasaan tokohnya
dideskripsikan dengan jelas dalam cerita tersebut, contoh cerita tokoh Ki Hajr
Dewantara; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni meminta mereka untuk
menggambar ekspresi wajah tokoh cerita sesaat setelah mendengarkan cerita tokoh
Ki Hajar Dewantara; 4) tentang tujuan, yakni untuk mengetahui perasaan siswa
terhadap mata pelajaran Sejarah (IPS).
Kemudian, pada kompetensi
penelolaan diri – mengelola emosi dan fokus, maka tekni yang diambil adalah: 1)
refleksi diri; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni memeriksa perasaan
pada diri sendiri dan juga murid setiap setelah melakukan pembelajaran; 3)
tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka memikirkan atau menuliskan
tentang perasaan yang telah dialami dan dirasakan secara fisik, mental dan juga
emosinya; 4) tentang tujuan, yakni murid dapat merasakan dan merefleksi dirinya
dalam setiap kegiatan sehingga murid dapat mengelola emosinya Untuk setiap
kegiatan hariannya serta focus dengan apa perubahan yang terjadi pada dirinya.
Berikutnya, pada
kompetensi kesadaran sosial – keterampilan berempat, yakni 1) teknik
pembelajaran kooperatif; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni membuat
kelompok belajar siswa sesuai kebutuhannya; 3) tentang apa yang dikatakan pada
murid, yakni mereka saling membantu temannya dalam memahami pelajaran.
Ketika terdapat teman yang belum mengerti bisa dibantu dengan tutor sebaya; 4)
tentang tujuan, yakni murid dapat menumbuhkan rasa empati antara satu dengan
yang lainnya.
Berikutnya, dalam
kompetensi berhubungan sosial – daya lenting (resiliensi), maka teknik yang
dapat dilaksanakan, yakni kegiatan Role Play komunikasi aktif; 2) tentang apa
yang dilakukan guru, yakni guru mempersilakan setiap murid duduk berpasangan,
kemudian saling bergantian bercerita tentang pengalaman yang menyenangkan; 3)
tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni guru meminta setiap murid
mendengarkan cerita temannya dengan seksama dan penuh kesadaran serta berusaha
tidak memotong pembicaraan saat temannya saat bercerita; 4) tentang tujuan,
yakni murid mampu merefleksikan apa yang murid dengarkan dan rasa saat
bercerita maupun saat mendengarkan cerita temannya.
Selanjutnya, di dalam
kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab, tekni yang dapat
dilakukan: 1) identifikasi masalah; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni
memberikan beberapa contoh kasus dalam kegiatan sehari-hari terkait beberapa
tindakan yang baik atau kurang baik dan yang salah ataupun benar; 3) tentang
apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka mengidentifikasi masalah yang di
berikan oleh guru, kemudian murid menentukan apakah kasus yang diberikan
tersebut baik/kurang baik/buruk ataupun benar/salah; 4) tentang tujuan, yakni
murid mampu mengidentifikasi masalah dengan mandiri dan menentukan pilihannya
dengan bertanggung jawab.
3. Ruang Lingkup Protokol Budaya
Pada ruang lingkup
protokol budaya atau tata tertib, di dalam kompetensi kesadaran diri-pengenalan
emosi, tekni yang dapat dilaksanakan, yaitu: 1) doa bersama sebelum masuk
kelas; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni murid dikumpulkan di lapangan
dan berbaris rapi. lalu dipimpin berdo’a oleh satu orang murid; 3) tentang apa
yang dikatakan pada murid, yakni doa yang dibacakan oleh murid di depan,
diikuti oleh seluruh murid yang berbaris di lapangan; 4) tentang tujuan, yskni
dengan membacakan do’a bersama akan memperkuat emosional murid dalam menghadapi
proses pembelajaran.
Kemudian, di dalam
kompetemsi pengelolaan diri-mengelola emosi dan fokus, tekni yang dapat
diambil: 1) pola makan berkesadaran; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni
murid diminta Untuk menerapkan S-S-S yaitu Sit (duduk saat makan), slow (makan
secara perlahan) dan savor(menikmati makanan mereka); 3) tentang apa yang
dikatakan pada murid, yakni merefleksikan bersama mengenai perbedaan makan
dengan berkesadaran dan tidak; 4) tentang tujuan, yakni murid mampu
mengendalikan kesadaran diri dan menahan diri agar bias fokus ke tujuan yang
dibuat.
Berikutnya, pada
kompetensi kesadaran sosial – keterampilan berempati, teknik yang dapat
diambil, yakni 1) saling menghargai pendapat; 2) tentang apa yang dilakukan
guru: guru meminta murid saling menghargai pendapat dalam diskusi membuat
kesepakatan kelas; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka
mendengarkan ketika ada teman yang berbicara dan tidak boleh mencemooh atau
menhina temannya; 3) tentang tujuan, yakni murid mampu menerapkan sikap saling
menghargai dan menghormati yang pada akhirnya kesadaran sosial berempati dapat
ditumbuhkan.
Sementara dalam
kompetensi berhubungan sosial – daya lenting (resiliensi), tekninya: 1)
Kolaborasi/Gotong Royong dalam kebersihan lingkungan; 2) tentang apa yang
dilakukan guru, yakni mengajak semua murid Untuk berkolaborasi dan bergotong
royong dalam menjaga lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah; 3) tentang apa
yang dikatakan pada murid, yakni melaksanakan kegiatan gotong royong secara
bersama-sama dalam membersihkan lingkungan kelas atau sekolah; 4) tentang
tujuan, yakni menumbuhkan murid untuk bersikap saling bekerja sama dalam
memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah,
Selanjutnya,
kompetensipPengambilan keputusan yang bertanggung jawab, yakni 1) teknik pendekatan
personal; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni jika terdapat murid yang
melanggar kesepakatan kelas, guru memanggil yang bersangkutan ke ruang
Bimbingan Konseling di luar jam pelajaran untuk melakukan pendekatan personal;
3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni setelah bertemu guru, bertanya
alasannya, dan ingin memahami serta memberikan solusi sebagai konsekuensi. Guru
juga bisa memberikan nasihat dan motivasi agar tidak mengulangi lagi; 4)
tentang tujuan, yakni membiasakan murid untuk menerima konsekuensi dan
bertanggung jawab dan membangun motivasi agar lebih baik lagi.
Simpulan
Akhirnya, pembelajaran sosial dan emosional yang merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, memungkinkan murid dan guru akan memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Sehingga hal tersebut akan menciptakan kondisi yang harmonis, kondusif dan menjadi salah satu alternatif solutif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada murid dan memunculkan peran guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi potensi yang dimiliki muridnya. ***
0 comments:
Posting Komentar