Belajar bersama Masipin merupakan blogger yang berisikan tentang Pendidikan, Pertanian dan Dakwah.. Apabila ada kesesuaian dengan blog lain dan kesalahan upload kami mohon maaf.

Senin, 14 Maret 2022

Pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional


MEMAKNAI PEMBELAJARAN KOMPETENSI SOSIAL DAN EMOSIONAL


Pengembangan kompetensi murid tentu tidaklah cukup dengan hanya fokus pada aspek kognitif saja, namun kompetensi sosial dan emosional sangat diperlukan. Diperlukan keterampilan dalam berinteraksi  antara guru dengan murid yang dapat membangkitkan kompetensi tersebut, sehingga bisa membangun hubungan hormanis keduanya. Oleh karena itu kompetensi sosial dan emosional memiliki peran sentral dalam keberhasilan akademik dan kehidupan guru dan murid.

Seperti diketahui, Ki Hajar Dewantara mengatakan pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya. Hal tersebut menegaskan pembelajaran sosial dan emosional yang berbasis kesadaran penuh merupakan upaya untuk menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong bertumbuhnya budi pekerti, selain intelektual tentunya. Melalui pembelajaran sosial dan emosional ini, murid diajak untuk menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami sejumlah pengalaman yang dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif.

Terdapat lima kompetensi kunci dalam pengembangan pembelajaran soial dan emosional menurut Daniel Goleman (1995), yakni kesadaran diri (self awareness), manajemen diri (self mangament), kesadaran sosial (social awareness), kemampuan berelasi (relationship), dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision-making). Semuanya sangat penting dalam pengembangan kemampuan mengontrol diri, sejak mengidentifikasi masalah, menganalisi permasalahan, mengevaluasi, merefleksi, dan tanggung jawab yang etis.

1. Kesadaran Diri (Self Awareness)

Self awareness berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai atau value diri. Seseorang yang memiliki kesadaran tinggi yang tinggi mampu mengenali keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan.
Apakah hanya itu saja? Tidak.
Orang yang punya kesadaran diri yang tinggi akan mampu menilai secara akurat kekuatan dan keterbatasan diri. Alhasil, tingkat percaya dirinya, mindset, optimisnya sangat kuat. Karena hal tersebut, kesadaran diri perlu ditanamkan sejak kecil untuk membantu tumbuh kembang anak.
Lantas, kemampuan apa saja yang berkaitan dengan kesadaran diri? Setidaknya ada 5 kemampuan yang berkaitan dengan kesadaran diri, yaitu:
  • Mengidentifikasi emosi: seseorang harus mengidentifikasi emosi yang dimiliki karena mosi ini berkaitan erat dengan aktivitas yang dilakukan. Jika tak mampu mengidentifikasi diri dan mengontrolnya, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan bersosialisasi.
  • ­Self-perception yang akurat karena pada dasarnya kesadaran diri berkaitan dengan diri sendiri. Anak perlu mengenali bagaimana dirinya, apakah baik atau buruk. Dengan begitu, anak akan paham dan mengerti dirinya sendiri dan mengontrol dirinya termasuk tingkah lakunya.
  • Mengenali keunggulannya karena masing-masing anak memiliki keunggulan yang berbeda. Mengenali sisi plus dari anak bisa membantu perkembangan sosial emosinya. Jadi, anak bisa fokus pada keunggulan yang ada di dirinya dan bukan fokus kekurangan.
  • Memiliki kepercayaan diri yang akan sangat berpengaruh untuk kehidupan sosialnya. Misalnya berinteraksi dengan orang lain.
  • Memiliki keyakinan diri untuk mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki.

2. Manajemen Diri (Self Management)

Kompetensi manajemen diri ini berkaitan mengenai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan stress, mengontrol hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.
Ada 6 kemampuan yang berkaitan dengan manajemen diri, yaitu:

  • Menahan hasrat atau nafsu yang berkaitan dengan menunda perayaan atau kepuasaan diri sendiri. Kemampuan ini juga berkaitan dengan unjuk gigi di saat yang tepat atau berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Dengan begitu, anak bisa tahu, kapan harus bertindak dan kapan harus menahan diri.
  • Manajemen stress untuk membantu anak bertahan di kondisi tertentu, misalnya saat belajar, sehingga tujuannya tercapai.
  • Mendisiplinkan diri dan dalam hal ini termasuk mengontrol perasaan dan hasrat diri. Self-discipline juga bisa dikatakan sebagai kemauan diri untuk menahan diri agar bisa fokus ke tujuan yang sudah dibuat.
  • Mengatur tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengatur goal perlu mempertimbangkan SMART untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak. SMART adalah singkatan dari specific, measurable, attainable, realistic, timely.
  • Memotivasi diri: anak butuh dorongan dari dalam dirinya sendiri agar bisa bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya motivasi diri, seseorang hanya bisa berjalan di tempat dan tidak akan mengalami proses yang berarti.
  • Kemampuan berorganisasi yang akan bermanfaat untuk mengatur informasi dan waktu. Dengan begitu, anak akan lebih terorganisir, produktif dan memaksimalkan waktu serta menyaring informasi yang relevan dengan tujuan.

3. Kesadaran Sosial (Social Awareness)

Kesadaran sosial berkaitan dengan kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. Singkatnya, kemampuan ini berkaitan erat dengan norma dan etika berperilaku terutama di kelompok misalnya di masyarakat.
Kemampuan akan kesadaran sosial ini sangat membantu anak untuk bisa memahami dan menghormati orang lain. Kemampuan ini tentu akan sangat bermanfaat ketika anak dewasa dan menemui banyak orang dengan latar belakang yang berbeda.
Bagaimana jika seseorang tidak punya social awareness? Orang tersebut akan tumbuh dengan rasa benci, mudah menghakimi dan tidak bisa berpikiran terbuka. Orang tersebut fokus pada dirinya sendiri dan masa bodoh dengan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Maka dari itu, sejak kecil anak perlu dibimbing dan dilatih mengenai kesadaran sosial. Ada 4 kemampuan atau skill yang perlu dimiliki, yaitu:

  • Pengambilan atau melihat dari perspektif: kemampuan ini berkaitan erat dengan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda di kondisi dan situasi tertentu. Anak perlu belajar untuk mencoba memahami situasi yang berbeda untuk memahami kondisi sekitarnya.
  • Empati berkaitan dengan memahami apa perasaan orang lain karena seakan menempatkan diri di posisi orang tersebut.
  • Mengapresiasi dan menghormati perbedaan yang dimiliki antar individu. Jadi, anak Anda tidak membeda-bedakan orang berdasarkan pada asalnya, bahasanya, kulit tubuhnya, kondisinya, jenis kelaminnya, kepercayaannya terutama saat berteman.
  • Menghormati orang lain dengan pikiran terbuka dan tidak sembarangan melakukan penghakiman atas kondisi tertentu. Dalam melatih anak, cobalah untuk memulai untuk mengajarkan pada anak untuk tidak saling membenci. Anda juga bisa menunjukkan dengan tindakan bagaimana cara menghormati dan berpikiran terbuka.

4. Kemampuan Berelasi (Relationship Skill)

Kemampuan berelasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan kelompok. Dengan kata lain, kemampuan berelasi ini berkaitan erat dengan kemampuan berkomunikasi seseorang. Bayangkan, tanpa adanya komunikasi, apakah seseorang bisa bersosialisasi dengan baik? Tidak. Kemampuan berelasi ini akan sangat bermanfaat untuk anak ketika bekerja sama dalam tim, baik tim kecil ataupun tim besar.

Kemampuan berelasi ini juga berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk bertahan dari tekanan, meminta atau menawarkan bantuan ke orang lain.
Ada 6 kemampuan atau skill yang perlu dipahami dalam kompetensi relationship skill, yaitu:

  • Berkomunikasi dengan jelas: komunikasi yang Anda tangkap mungkin berkaitan dengan berbicara atau menyampaikan pendapat. Namun, komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan memahami gesture atau bahasa tubuh, ekspresi sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman.
  • Mendengarkan dan meresponnya dengan baik. Untuk menjadi pendengar yang baik, tentu kemampuan kontak mata, fokus, memahami ekspresi muka dan memberikan jawaban diperlukan.
  • Bekerja sama dengan yang lain untuk meraih tujuan. Dalam kemampuan ini, sebagai individu, anak dituntut untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan begitu, anak akan lebih menghormati pendapat orang lain dan bekerja sama untuk keperluan tim.
  • Tahan dari tekanan sosial dan kemampuan ini sangat erat kaitannya dengan self management skill. Anak yang mampu bertahan dari tekanan sosial dapat bertahan untuk tidak terlibat dengan sesuatu yang berpotensi merusak diri.
  • Perundingan masalah secara konstruktif yang melibatkan pencapaian untuk saling memuaskan dan memenuhi kebutuhan dari semua pihak. Dengan kata lain, skill ini berkaitan erat dengan musyawarah mufakat untuk membuat dan menentukan solusi yang adil untuk semua pihak.
  • Menawarkan dan mencari bantuan jika diperlukan karena tidak semua orang mampu bertahan di kondisi yang berbeda-beda. Jadi, perlu pemahaman yang baik untuk mengenali situasi dan apa yang dibutuhkan/ditawarkan ke orang lain. Dengan begitu, aktivitas bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuan.


5. Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision Making)

Kemampuan ini berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara bertindak sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.

Namun pertanyaannya, bagaimana seseorang terutama anak tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana pula memutuskan sesuatu dengan benar sesuai situasi dan kondisi?
Orang dewasa secara alami mampu menilai dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan untuk anak, Anda masih perlu memberitahu mana yang benar dan mana yang salah.
Untuk lebih jelasnya, ada 5 skill yang berkaitan erat dengan responsible decision making yang perlu Anda tahu, yaitu:
  • Mengidentifikasi masalah: apakah masalah yang dihadapi tersebut mudah atau susah. Dalam pembelajaran, anak akan dihadapkan dalam suatu masalah dan biarkan anak untuk bertindak sendiri. Lihat dan bimbing apakah anak mampu mengidentifikasi masalahnya atau justru sebaliknya dan butuh bantuan dari orang dewasa.
  • Menganalisa situasi yang berkaitan erat dengan mengidentifikasi masalah. Untuk menganalisa situasi, tentu anak Anda harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu, anak Anda bisa mengetahui masalahnya seperti apa dan cara mengatasinya.
  • Mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal ini, anak harus tahu kemungkinan yang akan terjadi jika keputusan tersebut diambil. Misalnya apakah akan merugikan salah satu pihak atau cukup adil untuk semua pihak. 
  • Mempertimbangkan tanggung jawab dari keputusan yang diambil. Dalam pembelajaran, anak perlu mempertimbangkan mengenai norma yang berlaku.
  • Evaluasi dan introspeksi diri sebagai bentuk perubahan atas keputusan yang diambil. Anak perlu tahu apakah keputusan tersebut tepat atau tidak dan kemudian mengevaluasi sehingga ada perbaikan di masa depan.

Jika melihat hal di atas, maka dapat dikatakan pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Ada tiga hal yang menjadi ruang lingkup untuk setiap kompetensi pembelajaran sosial dan emosional, yaitu: 1) kegiatan rutin yang merupakan kondisi di luar kegiatan belajar mengajar secara akademik; 2) integrasi dalam pembelajaran, dan 3) protokol, budaya atau peraturan sekolah yang sudah disepakati bersama. Semuanya akan dipetakan ke dalam lima kompetensi pembelajaran sosial dan emosional, yakni kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan pembuatan kepetusan yang bertanggung jawab.

Teknik Pembelajaran Sosial dan Emosional

1.       Ruang Lingkup Rutin

Untuk ruang lingkup Rutin, kompetensi sosial dan emosional  Kesadaran diri – pengenalan emosi, teknik yang dapat digunakan adalah 1) bernafas dengan kesadaran penuh; 2) penjelasan tentang apa yang dilakukan guru, caranya adalah dengan meminta murid untuk berhenti melakukan kegiatan apapun dan menarik nafas dalam-dalam dan kemudian melepaskannya perlahan-lahan. Lakukan sebanyak 10 kali; 3) penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid. Tekniknya adalah guru meminta murid merasakan pada tubuh, pikiran, dan perasaan mereka setelah melakukan kegiatan tersebut. 4) penjelasan tentang tujuan. Tekniknya adalah bernapas dalam-dalam meningkatkan suplai oksigen ke otak dan menstimulasi sistem saraf parasimpatis, yang meningkatkan ketenangan.

Sementara untuk kompetensi pengelolaan diri – mengelola emosi dan fokus, teknik yang dapat dilaksanakan dengan 1) berorganisasi, 2) tentang apa yang dilakukan oleh guru, tekninya adalah dengan meminta murid terlibat aktif dalam setiap kegiatan ekstra di sekolah. 3) tentang apa yang dikatakan pada murid. Tekniknya adalah murid mengikuti kegiatan di luar jam belajar sekolah formal dengan mengatur informasi yang dia dapatkan dari kegiatan ekstra tersebut dan juga mengatur waktu dalam kegiatan sehari-harinya. 3) tentang tujuan, murid akan lebih terorganisir, produktif serta dapat mengoptimalkan waktu sehari-harinya dan dapat menyaring informasi yang relevan dengan tujuan.

Di sisi lain, kesadaran sosial – keterampilan berempati, tekniknya adalah dengan melaksanakan kegiatan keagamaan; 2) penjelasan tentang apa yang dilakukan guru, tekniknya meminta murid untuk mengumpulkan sumbangan sukarela untuk membantu teman yang kurang mampu. 3) penjelasan tentang apa yang dikatakan pada murid, tekniknya murid mengumpulkan sumbangan melalui pengurus kelas; 4) penjelasan tentang tujuan adalah melatih dan menumbuhkembangkan kesadaran sosial (empati) bagi warga sekolah.

Selanjutnya, untuk kompetensi berhubungan sosial – daya lenting (resiliensi),  teknik yang dapat digunakan dengan Senyum, Salam, Sapa; 2) penjelasan tentang apa yang dilakukan guru. Tekniknya, guru menunggu murid di depan gerbang sekolah dengan mengucapkan salam, tersenyum dan menyapa mereka dengan ramah; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, guru menyapa murid dengan ucapan salam dengan ramah dan sopan untuk menimbulkan budaya positif sekolah; 4) tentang tujuan, yakni murid mampu menumbuhkan kemampuan hubungan sosial dengan semua warga sekolah.

Berikutnya, kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, teknik yang dapat dilaksanakan adalah: 1)menggunakan kerangka yang disebut POOCH –(Problem (Masalah), Options (Alternatif pilihan), Outcomes (Hasil atau konsekuensi), dan Choices (Keputusan yang diambil); 2) tentang apa yang dilakukan guru adalah membimbing, mengarahkan dan membantu menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid adalah meniru dan berlatih dalam menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab; 4)tentang tujuan, yakni memastikan bahwa keputusannya mengarah pada tindakan yang meningkatkan kesehatan, melindungi keselamatan, mematuhi undang-undang, menunjukkan rasa hormat pada diri sendiri dan orang lain, mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh orang dewasa.

2.       Ruang Lingkup Integrasi dalam Pembelajaran

Di dalam ruang lingkup integrasi pembelajaran pada kompetesi kesadaran diri-pengelolaan emosi, maka teknik yang dapat diambil: 1) identifikasi Perasaan; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni membacakan sebuah cerita yang perasaan tokohnya dideskripsikan dengan jelas dalam cerita tersebut, contoh cerita tokoh Ki Hajr Dewantara; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni meminta mereka untuk menggambar ekspresi wajah tokoh cerita sesaat setelah mendengarkan cerita tokoh Ki Hajar Dewantara; 4) tentang tujuan, yakni untuk mengetahui perasaan siswa terhadap mata pelajaran Sejarah (IPS).

Kemudian, pada kompetensi penelolaan diri – mengelola emosi dan fokus, maka tekni yang diambil adalah: 1) refleksi diri; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni memeriksa perasaan pada diri sendiri dan juga murid setiap setelah melakukan pembelajaran; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka memikirkan atau menuliskan tentang perasaan yang telah dialami dan dirasakan secara fisik, mental dan juga emosinya; 4) tentang tujuan, yakni murid dapat merasakan dan merefleksi dirinya dalam setiap kegiatan sehingga murid dapat mengelola emosinya Untuk setiap kegiatan hariannya serta focus dengan apa perubahan yang terjadi pada dirinya.

Berikutnya, pada kompetensi kesadaran sosial – keterampilan berempat, yakni 1) teknik pembelajaran kooperatif; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni membuat kelompok belajar siswa sesuai kebutuhannya; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka saling membantu temannya dalam memahami pelajaran.  Ketika terdapat teman yang belum mengerti bisa dibantu dengan tutor sebaya; 4) tentang tujuan, yakni murid dapat menumbuhkan rasa empati antara satu dengan yang lainnya.

Berikutnya, dalam kompetensi berhubungan sosial – daya lenting (resiliensi), maka teknik yang dapat dilaksanakan, yakni kegiatan Role Play komunikasi aktif; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni guru mempersilakan setiap murid duduk berpasangan, kemudian saling bergantian bercerita tentang pengalaman yang menyenangkan; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni guru meminta setiap murid mendengarkan cerita temannya dengan seksama dan penuh kesadaran serta berusaha tidak memotong pembicaraan saat temannya saat bercerita; 4) tentang tujuan, yakni murid mampu merefleksikan apa yang murid dengarkan dan rasa saat bercerita maupun saat mendengarkan cerita temannya.

Selanjutnya, di dalam kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab, tekni yang dapat dilakukan: 1) identifikasi masalah; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni memberikan beberapa contoh kasus dalam kegiatan sehari-hari terkait beberapa tindakan yang baik atau kurang baik dan yang salah ataupun benar; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka mengidentifikasi masalah yang di berikan oleh guru, kemudian murid menentukan apakah kasus yang diberikan tersebut baik/kurang baik/buruk ataupun benar/salah; 4) tentang tujuan, yakni murid mampu mengidentifikasi masalah dengan mandiri dan menentukan pilihannya dengan bertanggung jawab.

 3.       Ruang Lingkup Protokol Budaya

Pada ruang lingkup protokol budaya atau tata tertib, di dalam kompetensi kesadaran diri-pengenalan emosi, tekni yang dapat dilaksanakan, yaitu: 1) doa bersama sebelum masuk kelas; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni murid dikumpulkan di lapangan dan berbaris rapi. lalu dipimpin berdo’a oleh satu orang murid; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni doa yang dibacakan oleh murid di depan, diikuti oleh seluruh murid yang berbaris di lapangan; 4) tentang tujuan, yskni dengan membacakan do’a bersama akan memperkuat emosional murid dalam menghadapi proses pembelajaran.

Kemudian, di dalam kompetemsi pengelolaan diri-mengelola emosi dan fokus, tekni yang dapat diambil: 1) pola makan berkesadaran; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni murid diminta Untuk menerapkan S-S-S yaitu Sit (duduk saat makan), slow (makan secara perlahan) dan savor(menikmati makanan mereka); 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni merefleksikan bersama mengenai perbedaan makan dengan berkesadaran dan tidak; 4) tentang tujuan, yakni murid mampu mengendalikan kesadaran diri dan menahan diri agar bias fokus ke tujuan yang dibuat.

Berikutnya, pada kompetensi kesadaran sosial – keterampilan berempati, teknik yang dapat diambil, yakni 1) saling menghargai pendapat; 2) tentang apa yang dilakukan guru: guru meminta murid saling menghargai pendapat dalam diskusi membuat kesepakatan kelas; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni mereka mendengarkan ketika ada teman yang berbicara dan tidak boleh mencemooh atau menhina temannya; 3) tentang tujuan, yakni murid mampu menerapkan sikap saling menghargai dan menghormati yang pada akhirnya kesadaran sosial berempati dapat ditumbuhkan.

Sementara dalam kompetensi berhubungan sosial – daya lenting (resiliensi), tekninya: 1) Kolaborasi/Gotong Royong dalam kebersihan lingkungan; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni mengajak semua murid Untuk berkolaborasi dan bergotong royong dalam menjaga lingkungan kelas maupun lingkungan sekolah; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni melaksanakan kegiatan gotong royong secara bersama-sama dalam membersihkan lingkungan kelas atau sekolah; 4) tentang tujuan, yakni menumbuhkan murid untuk bersikap saling bekerja sama dalam memelihara dan menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah,

Selanjutnya, kompetensipPengambilan keputusan yang bertanggung jawab, yakni 1) teknik pendekatan personal; 2) tentang apa yang dilakukan guru, yakni jika terdapat murid yang melanggar kesepakatan kelas, guru memanggil yang bersangkutan ke ruang Bimbingan Konseling di luar jam pelajaran untuk melakukan pendekatan personal; 3) tentang apa yang dikatakan pada murid, yakni setelah bertemu guru, bertanya alasannya, dan ingin memahami serta memberikan solusi sebagai konsekuensi. Guru juga bisa memberikan nasihat dan motivasi agar tidak mengulangi lagi; 4) tentang tujuan, yakni membiasakan murid untuk menerima konsekuensi dan bertanggung jawab dan membangun motivasi agar lebih baik lagi.

Simpulan

Akhirnya, pembelajaran sosial dan emosional yang merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, memungkinkan murid dan guru akan memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Sehingga hal tersebut akan menciptakan kondisi yang harmonis, kondusif dan menjadi salah satu alternatif solutif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berpusat pada murid dan memunculkan peran guru sebagai fasilitator yang memfasilitasi potensi yang dimiliki muridnya. ***

0 comments:

Posting Komentar

<<< P e n d i d i k a n >>> <<< P e r t a n i a n >>>