Belajar bersama Masipin merupakan blogger yang berisikan tentang Pendidikan, Pertanian dan Dakwah.. Apabila ada kesesuaian dengan blog lain dan kesalahan upload kami mohon maaf.

Jumat, 22 April 2022

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

 



Saya adalah satu-satunya Calon Guru Penggerak di sekolah. Saya harus menjadi pembeda dan berdedikasi nyata bagi sekolah. Menjadi teladan dan pemimpin bagi semua warga sekolah; teman sejawat, karyawan, siswa dan masyarakat. Saya harus berubah, memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang dimiliki. Namun saya bukanlah pesulap yang bisa merubah keadaan dalam sekejap, bukan superman yang bisa melakukan semuanya sendirian atau orang hebat yang punya sederet prestasi dan penghargaan. Saya hanyalah seorang guru biasa yang berusaha untuk terus-menerus belajar dan meningkatkan kompetensi diri, berguna bagi orang lain dan memberi warna bagi semua.

Saya akan melakukan langkah kecil bagi sekolah saya. Langkah ini tentu akan menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Siapa sih anda? Seberapa hebatkah anda? Guru Penggerak, bisa apa? Bagaimana tidak, saya telah mempersiapkan ‘rencana besar’ untuk merubah visi dan misi sekolah yang selama ini sepertinya menjadi sesuatu yang tabu untuk dilakukan, merubah tradisi yang lestari. Visi misi yang berpihak pada siswa. Selama ini visi misi sekolah cenderung berpihak pada aspek pengembangan institusi sekolah yang lebih mapan, bukan pada kebutuhan siswa yang menjadi prioritas. Memang tentu saja beririsan dan saling terkait. Namun saya ingin visi misi sekolah yang benar-benar berorientasi pada siswa. Toh tujuan pendidikan bukan membangun sekolah yang megah dan indah, tapi membangun Sumber Daya Manusia yang berdaya.  Sudah belasan tahun visi dan misi sekolah tidak berubah. Padahal perubahan situasi, kondisi dan paradigma bergerak begitu cepat. Haruskah kita berfikir kolot, bahwa itu adalah hal yang tabu dan sulit dirubah. Hanya pada sisi strategi dan rencana kegiatan (RAKS, RKJM/RKJP) saja yang terkadang ada sedikit perubahan. Itu pun biasanya dipengaruhi oleh mutasi dan rotasi kepala sekolah yang memiliki visi berbeda.

SI KECIL YANG BERDAMPAK BESAR

Langkah pertama yang telah saya mulai adalah berdiskusi dengan beberapa stakeholder untuk rencana ini misalnya dengan pengawas pembina, kepala sekolah, pendamping dan beberapa rekan senior di manajemen sekolah. Tujuannya adalah melakukan penjajagan dan identifikasi fakta-fakta relevan yang bisa dikembangkan. Seperti yang saya bayangkan, ada yang mendukung ada juga yang menolak. Saya hanyalah seorang guru junior yang mencoba ingin membuat perubahan kecil. Banyak hal yang harus saya pertimbangkan, terutama dampak dan penerimaan serta kolaborasi yang mungkin menjadi penghambat. Disinilah  dilema etika yang saya alami. Namun sepertinya sebagian rekan sejawat mulai melihat langkah kecil yang berdampak besar. Saya telah mengawalinya dengan membuka cakrawala dan mindset rekan kerja akan esensi merdeka belajar. Diawal semester kemarin saya diminta sebagai narasumber IHT sekolah dengan mendesiminasikan apa yang saya dapatkan dalam PGP ini. Saya juga memimpin rekan kerja dalam mengikuti berbagai program daring kemdikbud. Dampaknya cukup signifikan. Dukungan! Inilah yang memotivasi saya untuk bergerak lebih maju lagi. Selanjutnya saya menyusun rencana pengimbasan berbagai paradigma baru pendidikan. Prioritas utama adalah pembelajaran berdiferensiasi yang menurut saya pendekatan ini yang selama ini diperlukan di sekolah saya yang sangat heterogen.

Langkah berikutnya adalah saya akan menyusun program diseminasi program pembelajaran berdiferensiasi melalui sebuah IHT awal tahun pelajaran. Dalam hal ini saya telah berkoordinasi dengan manajemen sekolah khususnya kurikulum untuk merealisasikannya. Ini sangat penting bagi sekolah kami karena heterogenitas siswa adalah salah satu faktor yan menjadi ‘penghambat’ pembelajaran dan belum ditemukan solusi yang efektif untuk menerapkannya. Salah satu faktor utamanya adalah letak geografis dan kualitas lulusan dari sekolah yang sangat beragam karena berada di wilayah pelosok daerah. Sejujurnya, secara pribadi saja telah mencoba menerapkan dalam pembelajaran di kelas untuk diri saya sendiri yang dimaksudkan sebagai ujicoba pilot project efektivitas metode/teknik sebelum didesiminasikan kepada rekan yang lain agar kekurangan dan kelebihannya dapat teridentifikasi.


MISSION I’M POSSIBLE

Tibalah pada misi besar besar saya yaitu, perubahan Visi dan Misi Sekolah yang berdampak pada siswa. Saya menyebutnya Mission I’m Possible. Misi yang saya yakin bisa diwujudkan meskipun ada ketidakmungkinan. Mengapa disebut berdampak besar? Karena visi dan misi adalah target, tujuan, orientasi sekolah yang diarealisasikan oleh seluruh stakholder dan menjadi indikator barometer pencapaian. Seluruh program dan reancana kegiatan sekolah harus mengacu pada visi dan misi sekolah. Karena sejatinya visi dan misi merupakan ekstraksi/intisari cita cita seluruh warga sekolah untuk siswanya. Untuk mewujudkannya tentu saja harus ada kolaborasi dari semua pemangku kepentingan. Langkah awalnya tentu saja saya harus melibatkan pihak-pihak perancang dan pembuat keputusan. Secara kebetulan saya termasuk di dalamnya. Oleh karena itu diskusi intensif, sosialisasi bahkan lobbying perlu dilakukan dalam tahap awal ini saya telah menyampaikan kepada manajemen sekolah mengenai hasil lokakarya bersama kepala sekolah dan pengawas pembina untuk direalisasikan di satuan pendidikan.

Langkah berikutnya yang telah dilakukan adalah membuat skenario kegiatan bersama kepala sekolah dan pendamping. Intinya sudah disepakati bahwa kegiatan akan dilakukan pada akhir tahun pelajaran ini dan diharapkan awal tahun pelajaran sudah terealisasi. Saya mempersiapkan Bapak pendamping PGP saya sebagai nara sumber kegiatan untuk mentransformasikan visi sekolahnya yang hampir sama dan diterapkan di sekolah kami. Sekarang saya akan mengkaji ulang visi, misi dan strategi sekolah untuk menganalisa bagian-bagian yang harus dipertahankan, dirubah atau ditingkatkan. Saya akan mencoba menerapkan konsep BAGJA dalam menyusun draf visi misi ini. Selanjutnya, menjelang akhir tahun pelajaran ini saya diminta untuk menyiapkan rancangan /draf visi dan misi yang baru berupa cetak biru program. Beberapa poin penting yang akan dimasukan dalam draf visi misi ini adalah pendidikan kecakapan hidup (PBKL), literasi sekolah digital, program unggulan seni dan olahraga, serta Sekolah Indah Ramah Anak. Setelah draf ini selesai saya akan melaporkannya kepada Tim Pengembang Sekolah untuk dibawa ke rapat pimpinan sekolah dan selanjutnya sekolah akan membentuk tim penyusun visi misi dan strategi sekolah. Pihak yang secara angsung akan berkolaborasi llangsung adalah kurikulum dan kesiswaan. Karena saya ingin vsis misi ini berorientasi pada pembelajaran dan menghamba pada sang anak. Rencananya visi misi dan strategi yang baru ini akan disosialisasikan pada akhir tahun pelajaran, dan secara efektif diharapkan mulai diberlakukan pada tahun ajaran mendatang setelah semua legalitasnya terpenuhi bersama dengan penyerahan KTSP, RAKS, dan RPJP sekolah ke dinas.

0 comments:

Posting Komentar

<<< P e n d i d i k a n >>> <<< P e r t a n i a n >>>