Saya
adalah satu-satunya Calon Guru Penggerak di sekolah. Saya harus menjadi
pembeda dan berdedikasi nyata bagi sekolah. Menjadi teladan dan pemimpin bagi
semua warga sekolah; teman sejawat, karyawan, siswa dan masyarakat. Saya
harus berubah, memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang
dimiliki. Namun saya bukanlah pesulap yang bisa merubah keadaan dalam
sekejap, bukan superman yang bisa melakukan semuanya sendirian atau orang
hebat yang punya sederet prestasi dan penghargaan. Saya hanyalah seorang guru
biasa yang berusaha untuk terus-menerus belajar dan meningkatkan kompetensi
diri, berguna bagi orang lain dan memberi warna bagi semua. Saya akan melakukan
langkah kecil bagi sekolah saya. Langkah ini tentu akan menuai pro dan kontra
dari berbagai pihak. Siapa sih anda? Seberapa hebatkah anda? Guru Penggerak,
bisa apa? Bagaimana tidak, saya telah mempersiapkan ‘rencana besar’ untuk
merubah visi dan misi sekolah yang selama ini sepertinya menjadi sesuatu yang
tabu untuk dilakukan, merubah tradisi yang lestari. Visi misi yang berpihak
pada siswa. Selama ini visi misi sekolah cenderung berpihak pada aspek
pengembangan institusi sekolah yang lebih mapan, bukan pada kebutuhan siswa
yang menjadi prioritas. Memang tentu saja beririsan dan saling terkait. Namun
saya ingin visi misi sekolah yang benar-benar berorientasi pada siswa. Toh tujuan
pendidikan bukan membangun sekolah yang megah dan indah, tapi membangun
Sumber Daya Manusia yang berdaya. Sudah belasan tahun visi dan
misi sekolah tidak berubah. Padahal perubahan situasi, kondisi dan paradigma
bergerak begitu cepat. Haruskah kita berfikir kolot, bahwa itu adalah hal
yang tabu dan sulit dirubah. Hanya pada sisi strategi dan rencana kegiatan
(RAKS, RKJM/RKJP) saja yang terkadang ada sedikit perubahan. Itu pun biasanya
dipengaruhi oleh mutasi dan rotasi kepala sekolah yang memiliki visi berbeda. |
SI
KECIL YANG BERDAMPAK BESAR
Langkah pertama yang telah saya mulai adalah berdiskusi dengan beberapa stakeholder untuk rencana ini misalnya dengan pengawas pembina, kepala sekolah, pendamping dan beberapa rekan senior di manajemen sekolah. Tujuannya adalah melakukan penjajagan dan identifikasi fakta-fakta relevan yang bisa dikembangkan. Seperti yang saya bayangkan, ada yang mendukung ada juga yang menolak. Saya hanyalah seorang guru junior yang mencoba ingin membuat perubahan kecil. Banyak hal yang harus saya pertimbangkan, terutama dampak dan penerimaan serta kolaborasi yang mungkin menjadi penghambat. Disinilah dilema etika yang saya alami. Namun sepertinya sebagian rekan sejawat mulai melihat langkah kecil yang berdampak besar. Saya telah mengawalinya dengan membuka cakrawala dan mindset rekan kerja akan esensi merdeka belajar. Diawal semester kemarin saya diminta sebagai narasumber IHT sekolah dengan mendesiminasikan apa yang saya dapatkan dalam PGP ini. Saya juga memimpin rekan kerja dalam mengikuti berbagai program daring kemdikbud. Dampaknya cukup signifikan. Dukungan! Inilah yang memotivasi saya untuk bergerak lebih maju lagi. Selanjutnya saya menyusun rencana pengimbasan berbagai paradigma baru pendidikan. Prioritas utama adalah pembelajaran berdiferensiasi yang menurut saya pendekatan ini yang selama ini diperlukan di sekolah saya yang sangat heterogen.
Langkah
berikutnya adalah saya akan menyusun program diseminasi program pembelajaran
berdiferensiasi melalui sebuah IHT awal tahun pelajaran. Dalam hal ini saya
telah berkoordinasi dengan manajemen sekolah khususnya kurikulum untuk
merealisasikannya. Ini sangat penting bagi sekolah kami karena heterogenitas
siswa adalah salah satu faktor yan menjadi ‘penghambat’ pembelajaran dan belum
ditemukan solusi yang efektif untuk menerapkannya. Salah satu faktor utamanya
adalah letak geografis dan kualitas lulusan dari sekolah yang sangat beragam
karena berada di wilayah pelosok daerah. Sejujurnya, secara pribadi saja telah
mencoba menerapkan dalam pembelajaran di kelas untuk diri saya sendiri yang
dimaksudkan sebagai ujicoba pilot project efektivitas
metode/teknik sebelum didesiminasikan kepada rekan yang lain agar kekurangan
dan kelebihannya dapat teridentifikasi.
MISSION I’M POSSIBLE
Tibalah
pada misi besar besar saya yaitu, perubahan Visi dan Misi Sekolah yang
berdampak pada siswa. Saya menyebutnya Mission I’m Possible. Misi
yang saya yakin bisa diwujudkan meskipun ada ketidakmungkinan. Mengapa disebut
berdampak besar? Karena visi dan misi adalah target, tujuan, orientasi sekolah
yang diarealisasikan oleh seluruh stakholder dan menjadi
indikator barometer pencapaian. Seluruh program dan reancana kegiatan sekolah
harus mengacu pada visi dan misi sekolah. Karena sejatinya visi dan misi
merupakan ekstraksi/intisari cita cita seluruh warga sekolah untuk siswanya.
Untuk mewujudkannya tentu saja harus ada kolaborasi dari semua pemangku
kepentingan. Langkah awalnya tentu saja saya harus melibatkan pihak-pihak
perancang dan pembuat keputusan. Secara kebetulan saya termasuk di dalamnya.
Oleh karena itu diskusi intensif, sosialisasi bahkan lobbying perlu
dilakukan dalam tahap awal ini saya telah menyampaikan kepada manajemen sekolah
mengenai hasil lokakarya bersama kepala sekolah dan pengawas pembina untuk
direalisasikan di satuan pendidikan.
Langkah
berikutnya yang telah dilakukan adalah membuat skenario kegiatan bersama kepala
sekolah dan pendamping. Intinya sudah disepakati bahwa kegiatan akan dilakukan
pada akhir tahun pelajaran ini dan diharapkan awal tahun pelajaran sudah
terealisasi. Saya mempersiapkan Bapak pendamping PGP saya sebagai nara sumber
kegiatan untuk mentransformasikan visi sekolahnya yang hampir sama dan
diterapkan di sekolah kami. Sekarang saya akan mengkaji ulang visi, misi dan
strategi sekolah untuk menganalisa bagian-bagian yang harus dipertahankan,
dirubah atau ditingkatkan. Saya akan mencoba menerapkan konsep BAGJA dalam
menyusun draf visi misi ini. Selanjutnya, menjelang akhir tahun pelajaran ini
saya diminta untuk menyiapkan rancangan /draf visi dan misi yang baru berupa
cetak biru program. Beberapa poin penting yang akan dimasukan dalam draf visi
misi ini adalah pendidikan kecakapan hidup (PBKL), literasi sekolah digital,
program unggulan seni dan olahraga, serta Sekolah Indah Ramah Anak. Setelah
draf ini selesai saya akan melaporkannya kepada Tim Pengembang Sekolah untuk
dibawa ke rapat pimpinan sekolah dan selanjutnya sekolah akan membentuk tim
penyusun visi misi dan strategi sekolah. Pihak yang secara angsung akan
berkolaborasi llangsung adalah kurikulum dan kesiswaan. Karena saya ingin vsis
misi ini berorientasi pada pembelajaran dan menghamba pada sang anak.
Rencananya visi misi dan strategi yang baru ini akan disosialisasikan pada
akhir tahun pelajaran, dan secara efektif diharapkan mulai diberlakukan pada
tahun ajaran mendatang setelah semua legalitasnya terpenuhi bersama dengan
penyerahan KTSP, RAKS, dan RPJP sekolah ke dinas.
0 comments:
Posting Komentar