RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan
filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Salah satu konsep yang dikenalkan oleh Ki Hajar
Dewantara adalah momong, among, dan ngemong yang kemudian dikembangkan menjadi
tiga prinsip kepemimpinan KH Dewantara yaitu Ing Ngarsa Sung
Tuladha ( di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (
di tengah membangun kehendak atau niat), dan Tut Wuri Handayani (di
belakang memberikan dorongan dan arahan)
·
Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan) seseorang guru
sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memberi teladan atau contoh kepada
siswa. Karena teladan merupakan kata kunci kesuksesan dalam pembelajaran,
sehingga ketika pembelajaran berlangsung seorang pendidik harus membimbing dan
mengarahkan agar tujuan pembelajaran yang dipelajari siswa benar dan tepat.
Selama proses pembelajaran guru tanpa sadar menjadi panutan bagi siswa baik
dari kata maupun perbuatan. Oleh karena itu pendidik sebagai pemimpin
pembelajaran selain menguasai pengetahuan dia juga harus mempunyai pribadi yang
dapat dicontoh.
·
Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun kehendak atau niat) Guru
sebagai pemimpin pembelajaran memiliki peranan penting untuk menstimulus agar
terciptanya prakarsa dan ide di dalam proses pembelajaran. Kehadiran guru dapat
memfasilitasi dengan beragam metode dan strategi agar tujuan pembelajar dapat tercapai.
Selain itu, potensi yang dimilik oleh siswa dapat berkembang dengan baik sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
·
Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan dan arahan) Dalam
proses pembelajaran, guru harus memberi dorongan dan coaching kepada siswanya,
berikan kebebasan siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya guru hanya
mengamati dan memberikan arahan terhadap siswanya.
"Apapun yang dikerjakan oleh seseorang itu, harusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat untuk bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya"
( Ki Hajar Dewantara )
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki
kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan.
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. (Rukiyanti, L. Andriyani,
Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan
bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.
Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut
oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip
inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang
mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung
pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada
prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling
sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini yang sering kali membantu
dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi
sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:
·
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
·
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
·
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan
pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada
modul 2 sebelumnya.
Kegiatan terbimbing pada materi coaching bersama
Fasilitator melalui LMS dan lokakarya serta pendampingan individu bersama
pendamping pada materi coaching merupakan proses belajar di pendidikan guru
penggerak mengenai guru berpihak pada murid. Calon guru penggerak
mengaplikasikan tahapan coaching pada rekan sejawat, Calon guru penggerak
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan strategi perbaikan diri dalam
pengajaran yang berpihak pada murid. Calon guru penggerak dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan dalam melakukan coaching, Penerapan strategi coaching
di sekolah, dan umpan balik murid dan rekan sejawat.
Melalui kegiatan terbimbing tersebut bersama
Fasilitator dan pendamping sangat banyak memberikan manfaat dan memberikan
bekal calon guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran
- Memerankan
diri sebagai coach bagi murid Anda agar mereka menjadi lebih merdeka, baik
merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa
mendatang
- Mampu
melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar
seorang coach mampu menerapkan praktik coach dalam komunitas sekolah
- Memahami
konsep coaching secara umum, meliputi definisi, tujuan, dan jenis coaching
serta perbedaannya dengan mentoring dan konseling
- Memahami
hakikat komunikasi yang memberdayakan dan mampu menerapkannya dalam praktik
coaching
- Memahami
langkah-langkah mendengar aktif dan mampu menerapkannya dalam praktik
coaching
- Memahami
langkah-langkah bertanya reflektif dan mampu menerapkannya dalam praktik
coaching
- Memahami
langkah-langkah memberi umpan balik positif dan mampu menerapkannya dalam
praktik coaching
- Mengidentifikasi
peran seorang coach di konteks sekolah
- Melakukan
praktek coaching berdasarkan model TIRTA kepada sesama CGP, murid dan rekan
guru di sekolah
- Mengembangkan
sikap terbuka, kritis, empati dan percaya diri dalam melakukan praktik
coaching
Keterampilan coaching membekali calon guru
penggerak menjadi pembelajar dan menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi untuk
solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Dalam proses pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri,
pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial.
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh
(mindfull), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Pengambilan
keputusan yang tepat akan berpengaruh dengan terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering
dihadapkan pada situasi di mana kita diharuskan mengambil suatu keputusan,
namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita
masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan
peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang,
dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan
cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar.
Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk
menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena
tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para
pemangku kepentingan. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan
kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah
institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada
masalah moral atau etika kembali nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik
Seorang pendidik harus bisa melihat bagaimana
persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau merupakan bujukan moral,
nilai-nilai yang yang akan diambil pun merupakan nilai yang merupakan proses
kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran
tetap dengan berbagai cara akan menuntun siswa tersebut ke arah yang lebih baik
dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang
bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat tentunya
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin
pembelajaran tentunya akan berdampak positif, aman, dan nyaman apabila
kita bisa melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah keputusan yang
tentu yang jika itu adalah dilema maka kita bisa meminimalisir dilema tersebut
agar dalam pengambilan yang bersifat dilema itu tidak terlalu berpengaruh. Dan
jika merupakan suatu bujukan moral kita harus pandai bahwa hal yang dilakukan
salah dan nantinya guru sebagai pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat
keputusan namun tetap membimbing anak menuju ke pengambilan keputusan tepat
baik untuk guru maupun untuk siswa. Dalam hal ini siswa tetap merasa bahwa guru
adalah seorang pemimpin yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di
lingkungan sekolah maupun sekitarnya.
Apakah kesulitan di lingkungan Anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Sebagai makhluk sosial dan sebagai pemimpin
pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema
etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu antara
benar-benar memegang aturan demi suatu keadilan. Namun terkadang
kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral,
misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah ,
meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan. Adapun hal
yang perlu diperhatikan sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema
etika, 4 paradigma,
·
Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
·
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
·
Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
·
Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Dilema individu melawan masyarakat adalah pertentangan antara
individu yang berdiri sendiri melawan kelompok yang sangat besar di mana
individu ini juga menjadi bagiannya, bisa juga konflik kepentingan pribadi
melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan dalam paradigma ini adalah antara
mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang
ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua
orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih
sayang, di sisi lain.
Kebenaran lawan kesetiaan, kejujuran dan kesetiaan sering
kali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika . kadang
kita perlu membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau
bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan
informasi berdasarkan fakta atau menjunjung nilai kesetiaan pada profesi,
kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
Jangka pendek lawan jangka panjang, paradigma ini paling sering
terjadi dan mudah diamati. Kadang akan memilih akan yang kelihatannya terbaik
untuk saat ini untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi pada
level personal dan permasalahan sehari-hari atau pada level yang lebih luas.
Selain itu ada tiga prinsip yang yang membantu
menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder, 2009, hal 144) ketiga prinsip
itu adalah
2. Berpikir berbasis peraturan (rule base thingking)
3. Berpikir berbasis rasa peduli (care base thingking)
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
- Pengujian benar atau salah
- Pengujian paradigma benar lawan benar
- Melakukan prinsip resolusi
- Investigasi opsi trilemma
- Buat keputusan
- Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Pengaruh pengambilan keputusan dengan
pembelajaran yang memerdekakan murid kita?
Sebagai seorang pendidik yang merupakan salah satu
calon guru penggerak saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul
3.1 sebab sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa mamang
sebuah keputusan dengan baik baik terutama saat menemukan masalah belajar pada
siswa, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah
seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa
nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekakan siswa dalam mencapai
keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan
rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang pendidik dalam
mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan
memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula
untuk perkembangan siswanya.
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari
pembelajaran modul materi ini dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya.
Kesimpulan akhir terkait modul 3.1 Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah
dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai
kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala
proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan
kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun
masyarakat. Selain itu juga di mana proses pembelajaran di seorang pendidik
harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelola kompetensi
sosial emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran.
Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu
pendekatan yang membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya
sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik
bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik
saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui
permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan
coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi
maka terciptalah budaya positif pada lingkungan belajar di sekolah dan
komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan
keputusan berdasrakan dilema etika.
0 comments:
Posting Komentar