Berpenampilan Rapi dan Bersih
Fatal
sekali menganggap bahwa di balik kesederhanaan dan kebersahajaan sikap Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam hidup, ada anggapan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berpenampilan kumuh dan jorok, tidak rapidan
bersih
Sederhana
bukan berarti gembel, dan bersahaja bukan berarti kumuh dan kucel. Adalah
akhlak nubuwah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah; tampil dengan rapi dan indah. Sebuah
tampilan yang rapi, sedap dipandang mata, berseri dan bersih, namun tetap dalam
balutan kesederhanaan beliau.
Fisik yang Sempurna
Adalah
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam Allah karuniakan penciptaan fisik yang indah
dan menarik. Dan ini adalah bagian dari kesempurnaan yang Allah berikan kepada
Nabi-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkomentar tentang kesempurnaan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam:
“Bahwa fisik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tampilan beliau
adalah perwujudan bentuk yang lengkap dan paling indah yang menunjukkan akan
kesempurnaan beliau.” (Al-Jawab
ash-Shahih, Ibnu Taimiyah, 5/438)
Sahabat
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu memberikan kesannya tentang tampilan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, ia berkata:
“Aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih indah daripada diri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Matahari seolah-olah berjalan di
wajahnya dan tidak pernah kulihat seseorang yang jalannya lebih cepat daripada
beliau.” (HR. Tirmidzi No. 3648)
Selain
fisik yang sempurna dan menarik, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam juga memperhatikan hal-hal yang menjadi
pelengkap itu semua, yaitu berpenampilan rapi dan bersih.
Pribadi Rapi dan
Bersih
Perhatian
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam akan kebersihan dan kerapian diri termasuk
akhlak nubuwah yang diajarkan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada umatnya.
Seperti
sunah fitrah yang dianjurkan untuk dikerjakan setiap muslim. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: الْفِطْرَةُ خَمْسٌ –
أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ – الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ
الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda, ‘Ada lima macam fithrah, yaitu; berkhitan,
mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu
ketiak.” (HR. Al-Bukhari No. 5889; HR. Muslim No. 257)
Menjaga
kebersihan lima sunnah fitrhah ini memberikan manfaat yang besar.
Ibnu
Hajar al-Asqalani rahimahullah menjelaskan
bahwa sunah fitrah mendatangkan faedah diniyyah dan duniyawiyah, di antaranya;
memperindah penampilan, membersihkan badan, menjaga kesucian, menyelisihi
simbol orang kafir, dan melaksanakan Syariat. (Lihat: Taisir
‘Alam Syarah Umdatul Ahkam, 43)
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam adalah sosok yang ‘good
looking’ menyenangkan untuk dipandang. Itu karena beliau
memperhatikan penampilan beliau senantiasa terlihat rapi dan bersih.
Salah
satu kebiasaan Nabi shalallahu alaihi wa salam adalah menyisir rambut dan
meminyakinya. Sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam:
مَنْ كَانَ
لَهُ شَعْرٌ فَالْيُكْرِمْهُ
“Barangsiap yang memiliki rambut, hendaklah memuliakannya.” (HR. Abu Daud
No. 4163. Hadits shahih)
Bentuk
memuliakan rambut adalah dengan membersihkannya, menyisirnya, meminyakinya dan
tidak membiarkannya dalam keadaan semerawut tidak terurus. (Lihat: Fadihul
Qadhir, Imam Al-Munawi, 6/208)
Ibunda
‘Aisyah radhiyallahu
‘anha sering melakukan perawatan untuk rambut Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam,
كُنْتُ
أُرَجِّلَ رَأْسَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأَنَا حَائِضٌ
“Aku mentarjil rambut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat
aku sedang haid.” (HR. Al-Bukhari No. 5925)
Mentarjil
rambut maksudnya adalah menyisir, merapikan, meluruskan dan memberikan minyak
rambut. Semua ini bermakna tarjil. (Lihat: An-Nihayah
fi Gharib al-Hadist wa al-Atsar, Ibnu al-Atsir, 2/203)
Tidak
hanya itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam juga senang memakai wewangian. Sebagaimana
riwayat dari Muhammad bin ‘Ali radhiyallahu
‘anhu,
قَالَ:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ: أَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَتَطَيَّبُ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، بِذِكَارَةِ الطِّيبِ الْمِسْكِ، وَالْعَنْبَرِ
“Aku bertanya kepada ‘Asiyah, ‘apakah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memakai wewangian?’ ia menjawab, ‘iya, dengan minyak wangi
misk dan anbar.” (HR. Nasa’i No. 5116. Sanad hadits ini dha’if)
Kecintaan
beliau kepada wewangian beliau akui sendiri dalam sabdanya yang diriwayatkan
oleh Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu,
حُبِّبَ
إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا: النِّسَاءُ، وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي
الصَّلاَةِ.
“Dijadikan kecintaanku pada dunia ada pada; Wanita, Wewangian, dan
dijadikan penyejuk mataku ketika shalat.” (HR. Ahmad No. 12294. Hadits ini
hasan)
Masih
menurut penuturan Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, saking sukanya
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada parfum, beliau tidak pernah menolak
ketika ada yang menawarkan wewangian kepada beliau. (HR. Al-Bukhari No. 2582)
Karena
kecintaan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam terhadap wewangian membuat tubuh beliau
beraroma sangat wangi, bahkan aroma paling wangi adalah keringat beliau. (Zad
al-Ma’ad, Ibnu Qayyim al-Jauzi, 4/239)
Hal
lain yang menjadi kebiasaan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dalam soal kebersihan adalah terbiasa
bersiwak; menjaga kebersihan mulut beliau dalam setiap keadaan.
Dalam
banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi senantiasa bersiwak, bahkan pada
detik-detik sebelum meninggal dunia beliau masih sempat bersiwak membersihkan
giginya.
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda tentang pentingnya bersiwak,
لَوْلَا
أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ
مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Sekiranya tidak memberatkan umatku, aku akan perintahkan mereka
bersiwak setiap akan shalat.” (HR. Al-Bukhari No. 887; HR. Muslim No. 252)
Dalam
riwayat lain juga dijelaskan, termasuk kebiasaan Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam ketika bangun dari tidur adalah bersiwak,
عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ
مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
“Dari
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, ‘adalah Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam jika bangun dari tidur malam, beliau menggosok mulutnya dengan siwak.”
(HR. Al-Bukhari No. 245)
Inilah
akhlak nubuwah yang ditunjukkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tentang kebersihan dan kerapian sebagai
akhlak yang harus dilazimi seorang muslim.
Karena
sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai Keindahan, maka penampilan yang
kucel dan kumel sama sekali bukan bagian dari akhlak muslim yang baik.
Bahkan
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam tidak menyukai hal demikian, seperti yang
ditututurkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu
‘anhu:
أَتَانَا
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَأَى رَجُلاً شَعِثًا قَدْ
تَفَرَّقَ شَعْرُهُ فَقَالَ: أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ
شَعْرَهُ، وَرَأَى رَجُلاً آخَرَ وَعَلْيِهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ، فَقَالَ أَمَا
كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ
“Kami mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau
melihat seseorng yang kucel yang rambutnya acak-acakan. Maka beliau bersabda,
‘Apakah tidak ada sesuatu yang bisa merapikan rambutnya?’ lalu
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sala melihat lelaki lain yang mengenakan pakaian
yang kumuh lalu bersabda, ‘Apakah
dia tidak mendapati air untuk mencuci pakaiannya?” (HR. Nasa’i No.
9261; HR. Abu Daud No. 4062)
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam itu rapi, wangi dan bersih. Inilah akhlak
nubuwah yang seharusnya kita ikuti. Kesederhanaan yang dibalut dalam kebersihan
dan kerapian mendatangkan cinta Allah dan manusia secara bersamaan. Wallahu
a’lam
0 comments:
Posting Komentar