Membantu Pekerjaan Rumah
Muhammad, seorang Rasul dengan gaya hidup sederhana
dan apa adanya. Jauh sekali dari kesan mewah dan megah ala penguasa-penguasa pada zamannya. Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tabiat para Raja dan penguasa adalah ingin dilayani,
bahkan mereka punya puluhan bahkan ratusan pembantu yang siap selalu mencukupi
apa yang menjadi kebutuhan mereka untuk dibantu.
Mulai dari yang menyiapkan pakaian, yang
menghidangkan makanan dan minuman, menyemir sepatu, mengurus kebun,
membersihkan rumah, sampai memakaikan baju dan menyisirkan rambut pun mereka
punya.
Hal-hal demikian dianggap lumrah dan biasa bagi
mereka yang memiliki harta dan kuasa. Dengan harta berlimpah mereka bisa
membayar siapa saja yang mau diupah untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Dengan kuasa yang dipunya, para raja dan penguasa
bisa menunjuk siapa saja untuk melakukan apa yang dia mau dan dia suka. Hidup
penuh pelayanan dan serba kecukupan menjadi impian hidup banyak orang.
Namun akhlak nubuwah bercerita lain tentang pribadi
mulia Nabi kita tercinta shallallahu ‘alaihi wasallam. Perihal bagaimana keseharian beliau
di rumahnya yang penuh dengan kesederhanaan dan kesahajaan.
Jauh dari gaya-gaya penguasa kawakan yang menguasai
dunia ketika itu. Bahkan beliau adalah seorang Nabi dan Rasul, manusia paling
bertakwa dan paling mulia, yang seharusnya hal-hal demikian sangat-sangat layak
beliau terima.
Tapi pada kenyataanya akhlak nubuwah yang dilakonkan justru menampilkan pemandangan sebaliknya. Muhammad, seorang Rasul dengan gaya hidup sederhana dan apa adanya. Jauh sekali dari kesan mewah dan megah ala penguasa-penguasa pada zamannya. Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi Adalah Pribadi Mandiri
Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memiliki pembantu (khadim)
yang membantu beberapa urusan beliau. Tercatat beberapa nama sahabat yang
mengabdikan dirinya untuk khidmat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti Anas bin Malik, Mughirah
bin Syu’bah, Abu Samah dan beberapa sahabat lainnya.
Adapun yang membedakan adalah akhlak beliau terhadap
mereka. Mari simak tutur Anas bin Malik rahdiyallahu ‘anhu tentang pengalamannya sebagai khadim Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun,
خَدَمْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ
سِنِينَ فَمَا قَالَ لِي أُفٍّ وَلَا لِمَ صَنَعْتَ وَلَا أَلَّا صَنَعْتَ
“Aku melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun, tidak sekalipun beliau pernah berkata kepadaku ‘Uff’. Beliau tidak juga pernah berkata, ‘kenapa kau kerjakan ini?’ atau berucap, ‘kenapa kau tidak kerjakan itu?’.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bukan sosok yang selalu merasa
perlu dibantu. Kemandirian beliau dilihat bagaimana beliau mengerjakan sesuatu
yang bisa beliau selesaikan sendiri.
Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengingat kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dirumah sebagai sosok yang
mandiri.
أَنَّهَا سُئِلَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَخِيطُ ثَوْبَهُ وَيَخْصِفُ
نَعْلَهُ وَيَعْمَلُ مَا يَعْمَلُ الرِّجَالُ فِي بُيُوتِهِمْ
“Bahwasanya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ditanya seseorang tentang
pekerjaan yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika di rumah. Aisyah berkata, ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjahit pakaiannya, menambal sendalnya, dan melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan para laki-laki
di rumahnya.” (HR. Ahmad, dishahihkam oleh al-Arnauth)
Dalam riwayat lain, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ
فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika berada di rumah, beliau melayani keluarganya. Apabila tiba waktu shalat beliau berdiri mengerjakan shalat.”
(HR. Al-Bukhari)
Tidak Membebani Keluarga
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan
terbaik dalam urusan bergaul kepada keluarga. Beliau adalah sosok yang penuh
kasih, penyayang, penyabar, lembut, dan sangat santun. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
خَيْرَكَمْ خَيْرُكُمْ لِاَهْلِهِ، وَأَنَاخَيْرُكُمْ لِاَهْلِي
“Sebaik-baik seseorang di antara kalian, adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluargaku.”
(HR. At-Tirmidzi)
Akhlak nubuwah yang indah lagi jujur betul-betul
dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam urusan keluarga. Beliau
tidak membebani, merepotkan, dan semisalnya, meskipun sebagai kepala keluarga
beliau berhak untuk itu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang mudah terhadap
keluarganya. Termasuk akhlak nuwubah yang beliau contohkan adalah beliau tidak
menuntut untuk selalu disiapkan makanan; jika ada beliau makan, jika pun tidak
beliau tidak mencela.
Ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha merekam kebiasaan Nabi
tersebut,
“Rasulullah apabila masuk ke rumah di waktu pagi hari, beliau akan bertanya kepada keluarganya, ‘Apakah kalian punya makanan?’ jika dijawab, ‘tidak’, maka beliau berkata, ‘kalau begitu saya puasa.’” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Inilah akhlak nubuwah Nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wasallam, teladan terbaik dalam keluarga
tentang bagaimana adab dan akhlak yang beliau tunjukkan dan ajarkan sebagai
seindah-indah laku, setinggi-tinggi pekerti.
Tidakkah para suami mau belajar?
0 comments:
Posting Komentar