Belajar bersama Masipin merupakan blogger yang berisikan tentang Pendidikan, Pertanian dan Dakwah.. Apabila ada kesesuaian dengan blog lain dan kesalahan upload kami mohon maaf.

Mengeluh Hanya Akan Membuat Kita Tertekan

Banyak cara mudah dan sederhana yang bisa kamu lakukan untuk mengembalikan kondisimu agar tak selalu merasa terpuruk.

Bersyukur akan senantiasa membawa kita pada jalan kemudahan

Tanpa dipungkiri, hidup tidak selalu berada selalu pada titik bahagia. Ada kalanya kamu akan merasakan kondisi di mana sedang terjatuh atau terpuruk. Namun, kondisi sedih seperti ini tidak patut kamu ratapi secara berlarut-larut.

Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini

Tentunya dengan menyiapkannya terlebih dahulu beberapa hal untuk menjemput masa depan yang telah kamu idam-idamkan tersebut.

Bila gagal, ya coba lagi! Sampai kapan? Sampai sukses!

Tak selamanya perjalanan itu mulus tanpa rintangan. Saat menjalani tantangan tersebut, dan kamu gagal, maka jangan menyerah. Kamu hanya butuh mencoba lagi, coba terus, dan terus sampai kamu sukses.

Ingin gembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja

sebelum mencapai puncak kegembiraan yang seutuhnya, kamu perlu merasakan sakit atau kelelahan terlebih dahulu.

Jarak antara cita-cita dan kenyataan adalah aksi nyata

TERGERAK (Hati yang bersih dan ikhlaslah yang tersentuh), BERGERAK (Tak selamanya perjalanan itu mulus tanpa rintangan), MENGGERAKKAN (Badai rintangan pasti menghantui).

Jumat, 29 April 2022

Ramadhan #24: Menjaga lisan

 Menjaga lisan


Orang yang berpuasa tidak sekedar diperintah menahan diri dari makan dan minum. Namun juga diperintahkan untuk menahan diri dari berkata dan berperilaku kotor. Rasulullah bersabda,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan yang kotor dan berperilaku dengannya maka Allah tidak membutuhkan mereka meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhari 1903, dari sahabat Abu Hurairah)

 

Kalau Ramadhan ini diibaratkan dengan sebuah madrasah atau sekolah maka perlu ada evaluasi. Sekarang kita sudah berada di hari-hari akhir bulan Ramadhan, kita perlu mengevaluasi diri kita. Dalam hal ini coba kita evaluasi diri kita dalam menjaga lisan. Dengan berlalunya hari-hari Ramadhan atau hari-hari puasa sudahkan kita lebih baik dalam menjaga lisan kita?? Jangan-jangan sama sekali tidak ada perubahan!!

 

Pentingnya menjaga lisan

Setiap ucapan yang keluar dari lisan kita akan dicatat oleh Allah. Oleh karena itu hendaknya kita berusaha menjaga lisan kita. Allah berfirman,

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf: 18)

Rasulullah juga memerintahkan kita berkata yang baik atau diam. Beliau bersabda,‎

من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خيراً أو ليصمت

‎”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” ‎‎(Bukhari no. 6018, Muslim no. 47)

Dalam beberapa hadits Rasulullah juga memperingatkan bahwa seseorang dapat terjerumus kedalam ‎api neraka karena sebab lisannya. Beliau bersabda dalam hadits yang diriwayat Tirmidzi,

إن الرجل ليتكلم بالكلمة لا يرى بها بأسا يهوي بها سبعين خريفا في النار

Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan ‎sebuah kalimat yang mana ia anggap biasa tetapi karenanya ia terjun selama 70 tahun ke dalam ‎neraka.”

Dahulu para salafush shalih sangat takut dari penyakit lisan.  Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata,

من كثر كلامه كثر سقطه، ومن كثر سقطه كثرت ذنوبه، ومن كثرت ذنوبه كانت النار أولى به

Barangsiapa banyak bicara maka akan banyak salah. Barangsiapa banyak salah maka banyak dosanya. Barangsiapa banyak dosanya maka neraka lebih utama baginya.”

 

Diantara Peyakit-Penyakit Lisan:

Pertama, berbicara dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Orang yang baik Islamnya akan berusaha berbicara untuk hal-hal yang bermanfaat saja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,

من حسن إسلام المرء ترك ما لا يعنيه

‎”Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna ‎baginya.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah)‎

Kedua, membicarakan kemaksiatan dan kekejian sehingga menyebar di tengah manusia. Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS An Nuur: 19)

Ketiga, suka mencela dan melaknat. Sebagian orang terbiasa mencela atau melaknat orang lain, tempat atau kendaraan. Padahal Rasulullah bersabda,

ليس المؤمن بالطعان واللعان ولا الفاحش ولا البذيء

Bukanlah orang mukmin yang suka mencela, melaknat, berkata keji dan berkata kotor.”  (HR Tirmidzi)

Keempat, banyak mazh (bersendau gurau atau bercanda). Berlebihan dan terus menerus bercanda adalah perkara yang terlarang. Adapun candaan yang sederhana dalam batasan yang normal maka tidak mengapa sebagaimana Rasulullah juga melakukannya.

Kelimaistihza’ (mengejek) dan sukhriyah (merendahkan) orang lain.  Mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain kemudian menjelekkannya. Allah berfirman,

وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (QS Al Humazah: 1)

Keenam, penyakit lisan yang berikutnya adalah ghibah (menggunjing). Ghibah termasuk dosa besar. Ghibah adalah menyebut tentang seseorang yang dia tidak sukai. Diriwayatkan dari Rasulullah,

إياكم والغيبة فإن الغيبة أشد من الزنا، إن الرجل قد يزني ويتوب، ويتوب الله عليه، وإن صاحب الغيبة لا يغفر له حتى يغفر له صاحبه

Waspadalah kalian dari ghibah karena (dosa) ghibah lebih dari zina! Sesungguhnya seseorang melakukan zina kemudia bertaubat maka Allah menerima taubatnya. Dan sesungguhnya seorang yang melakukan ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh yang dighibahi.

Ketujuh, termasuk penyakit lisan juga adalah namimah (mengadu domba). Rasulullah mengabarkan tentang seseorang yang diadzab di kubur karena namimah. Beliau juga mengabarkan bahwa orang yang melakukan namimah tidak akan masuk surga. Rasulullah bersabda,

لا يدخل الجنة نمام

Tidak akan masuk surga tukang mengadu domba.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sekian, semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang mampu menjaga lisan kita. Amien.

Ramadhan #25: Pentingnya Ikhlash dan Tauhid

 Pentingnya Ikhlash dan Tauhid



Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam atas Rasulullah.

Satu pelajaran penting dari ibadah puasa Ramadhan adalah melatih keikhlasan, yaitu beramal hanya semata-mata mengharap ridha Allah. Tidak ada yang lebih mengetahui kondisi orang berpuasa kecuali hanya Allah kemudian yang bersangkutan sendiri.

Allah menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang berpuasa yang meninggalkan makan, minum dan syahwat yang lainnya karena semata-mata mengharap pahala dari Allah.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Alloh maka diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR Bukhari 38 dan Muslim 760)

Di dalam hadits ini disyaratkan adanya iman dan ihtisab (mengharap pahala dari Allah) yang tidak lain adalah keikhlasan dalam mengerjalan amalan tersebut.

Antara Ikhlash dan Tauhid

Ikhlash dalam arti yang sederhana adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha atau balasan dari Allah. Sedang tauhid adalah mengesakan Allah dalam beramal atau beribadah. Ikhlash dan tauhid adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan istilah ikhlash dan tauhid sering kali dijadikan sinomin atau pengganti satu dengan yang lainnya. Kalimat tauhid (la ilaha illallah) disebut juga kalimatul ikhlash. Surat Al Ikhlas dinamai “Al Ikhlash” karena surat ini sepenuhnya berisi tentang tauhid atau keesaan Allah.

Setiap ibadah harus didasari keikhlasan dan tauhid. Seorang beribadah harus hanya untuk Allah semata dan hanya semata-mata mengharap balasan dari Allah. Bukan untuk selainNya atau mengharap balasan dari selainNya. Jika seseorang beribadah kepada Allah dan juga pada selainNya maka dia terjatuh pada kesyirikan. Jika seseorang melakukan ibadah karena selain Allah misal karena mengharap pujian manusia maka dia terjatuh pada riya’ (pamer). Riya’ juga termasuk bentuk kesyirikan. Jika suatu ibadah kemasukan syirik atau riya’ maka ibadah tersebut rusak atau bahkan batal sama sekali. Manusia diperintahkan untuk mengikhlaskan dan mengesakan Allah dalam seluruh ibadahnya. Allah berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlashkan (memurnikan) ketaatan kepada-Nya dalam (hal menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS Al Bayyinat: 5)

Pentingnya tauhid

Tauhid sangat penting karena adalah inti dari agama. Dia adalah landasan diterimanya seluruh amalan atau ibadah.  Tujuan utama diciptakan manusia adalah untuk bertauhid atau beribadah kepada Allah semata. Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku (Alloh) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadat (semata-mata) kepada-Ku.” (QS adz-Dzariyat: 56)

Tauhid adalah pondasi dan rukun yang paling penting dalam agama Islam. Tidak akan diterima suatu amal ibadah kecuali harus dilandasi dengan tauhid. Jika tauhid seseorang baik maka insyaallah masalah ibadah, muammalah, akhlak dan perkara lainnya juga akan baik. Rasulullah bersabda, “Islam didirikan di atas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).

Oleh karena itu, tauhid menjadi prioritas utama dakwah para Nabi dan Rasul. Mereka diutus kepada umatnya masing-masing dengan syariat yang berbeda-beda. Tetapi inti dakwah mereka sama yaitu tauhidullah (menjadikan ibadah hanya kepada Allah semata). Allah berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl: 36)

Kita diperintahkan untuk mengesakan Allah dalam Ibadah dan dilarang mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Tauhid adalah perintah Allah yang paling agung dan sebaliknya kesyirikan adalah larangan Allah dan dosa yang paling besar.  Allah tidak akan mengampuni dosa syirik bagi yang tidak bertobat darinya. Allah befirman,

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An- Nisaa’: 48)

Semoga Allah menjadikan untuk dapat menjaga tauhid dan keikhlasan dalam beribadah. Semoga Allah menjauhkan kita dari kesyirikan dan riya’. Amien.

Ramadhan #26: Zakat (mal dan fitrah)

 

Zakat (mal dan fitrah)



Zakat termasuk salah satu rukun Islam, bahkan termasuk salah satu pilar yang membuatnya tegak. Di dalam Al Qur’an Allah menggandengkan antara shalat dan zakat di 82 tempat. Di antaranya fiman Allah ta’ala,

وَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ وَآتُواْ الزَّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku‘.” (QS. Al Baqarah: 43)

Zakat disyariatkan mulai tahun kedua hijriah. Kaum muslimin pun telah ijma’ tentang kewajiban untuk menunaikannya. Zakat terkandung banyak sekali faedah dan manfaat, di antaranya mensucikan harta dan jiwa, mengajarkan kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia, dan masih banyak lagi. Allah berfirman,

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan danmensucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka.” (QS. At Taubah: 103)

Syarat Wajib Zakat

Syarat wajib zakat ada 5: merdeka, muslim, mencapai nishab, dimiliki sempurna dan telah lewat haul. Makna nishab di sini adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’iat (agama) sebagai pedoman untuk menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai pada ukuran tersebut. Harta yang akan dizakati telah berjalan selama satu tahun (haul) terhitung dari hari kepemilikan nishab. Dengan dalil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak ada zakat atas harta, kecuali yang telah melampaui satu haul (satu tahun)” (HR. Tirmidzi no. 630 dan Ibnu Majah no. 1792, dihasankan oleh Syaikh al Albani.). Dikecualikan dari hal ini, yaitu zakat pertanian dan buah-buahan. Karena zakat pertanian dan buah-buahan diambil ketika panen. Demikian juga zakat barang temuan (rikaz) yang diambil ketika menemukannya.

 

Pembagian Zakat

Secara global zakat ada dua: zakat mal (harta) dan zakat fithri.

Zakat mal:

  1. Hewan ternak (Onta, Sapi ,dan Kambing)

Diwajibkan zakat atas onta, sapi, dan kambing. Dengan syarat binatang tersebut sa’imah (digembalakan), dan tidak digunakan untuk berkerja.

Rincianya:

  • Nishab onta adalah 5 ekor. Jika telah sampai 5 ekor zakatnya 1 kambing, dst.
  • Nishab sapi adalah 30 ekor. 30-39 ekor zakatnya 1 tabi’/tabi’ah, yaitu sapi yang telah sempurna umurnya setahun. 40-49 ekor zakatnya seekor musinnah, yaitu sapi betina sempurna umur dua tahun. Setiap 30 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor tabi’ dan setiap 40 ekor sapi zakatnya adalah 1 ekor musinnah.
  • Nishabnya 40 ekor. 40-120 ekor zakatnya seekor kambing. 121-200 ekor zakatnya 2 ekor. 201-300 zakatnya 3 ekor. Lebih 300 ekor, setiap 100 ekor zakatnya 1 ekor kambing.
  1. Hasil pertanian

Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُم مِّنَ الأَرْضِ

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.” (QS Al Baqarah: 267).

Diwajibkan zakat atas hasil pertanian seperti gandum, kurma, anggur, dan biji-bijian lainnya. Nishabnya adalah 5 wasaq atau sekitar 900kg. Jika dengan air hujan (tidak perlu diairi) maka zakatnya 10%, jika diairi maka zakatnya 5 % (HR. Bukhari 1483).

  1. Zakat Mata Uang (emas danp erak)

Pengertian mata uang adalah emas dan perak dan yang disamakan dengannya, seperti uang (yang banyak beredar sekarang ini).

  • Nishab emas 20 dinar, atau sekitar 85 gr emas murni (1 dinar= 4.25gr). Jika telah sampai nishab atau lebih maka zakatnya 2.5 % (HR. Ibnu Majah 1791).
  • Nishab perak 200 dirham, atau sekitar 595 gr. Jika telah sampai nishab atau lebih maka zakatnya 2.5 %.

Diwajibkan mengeluarkan zakat dari barang dagangan. Sebagaimana dalam hadits riwayat abu Dawud (1562) dari sahabat Samurah, dia berkata ”Rasulullah memerintahkan untuk mengeluarkan zakat dari barang yang disiapkan untuk diperjual-belikan.” Sebagian ulama’ juga menukil adanya ijma’ dalam masalah ini, salah satunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau berkata, “Imam yang empat dan seluruh kaum muslimin –kecuali yang memiliki pemikiran aneh-sepakat atas zakat pada barang dagangan.” (Fatawa Syaikhul Islam 25/15-35). Nishabnya disesuaikan dengan nishab emas atau perak. Kadarnya juga sama dengan keduanya yaitu 2,5%.

Zakat fithri:

Yaitu zakat yang dikeluarkan dipenghujung bulan Ramadhan. Dari Ibnu Umar, “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah satusha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum baik atas budak, orang merdeka, laki-laki, perempuan, dewasa, atau anak-anak dari kalangan kaum muslimin” (HR. Bukhari no. 1503 dan Muslim no. 984).

Zakat fithrah diwajibakan bagi seluruh kaum muslimin yang mampu.Untuk kadar zakatnya, yaitu satu sha’ (sekitar 3 kg, ada juga yang mengatakan kurang) dari makanan pokok (kurma, gandum, beras atau yang semisalnya). Tidak boleh dikeluarkan dalam bentuk nilainya (uang). Dikeluarkan sebelum dilaksanakan shalat ‘Ied, dan dimulai waktu yang afdhol untuk mengeluarkannya setelah terbenam matahari malam ‘Ied, dan tidak mengapa dikeluarkan sehari atau beberapa hari sebelumnya.

Yang Berhak Menerima Zakat

Tidak sah menyalurkan zakat kepada selain 8 golongan yang Allah telah tentukan dalam kitabNya. Allah berfirman,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاء وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pekerja-pekerja zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS At Taubah: 60)

Delapan golongan yang disebutkan dalam ayat yang mulia di atas adalah ahli zakat. Ulama bersepakat (ijma’) tidak boleh memberikan zakat kecuali kepada 8 golongan tersebut.

Ramadhan #27: Surga dan Sifat Ahli Suga

Surga dan Sifat Ahli Suga



Allah menjanjikan surga beserta segala kenikmatan yang ada di dalamnya bagi orang-orang yang beriman. Dalam banyak ayat Al Qur’an dan juga hadits-hadits Nabi disebutkan tentang sifat-sifat surga dan juga sifat calon penghuninya. Surga adalah tempat kembali yang berisi segala puncak  kenikmatan yang bersifat abadi (selama-lamanya) -semoga Allah menjadikan kita sebagai penghuninya-.

Sifat Surga

Berikut ini diantara sifat surga yang Allah sebutkan dalam Al Qur’an. Allah berfirman,

مَّثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ أُكُلُهَا دَآئِمٌ وِظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِينَ اتَّقَواْ وَّعُقْبَى الْكَافِرِينَ النَّارُ

“Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.” (QS Ar Ra’du: 35)

Allah juga berfirman,

مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاء حَمِيماً فَقَطَّعَ أَمْعَاءهُمْ

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS Muhammad: 15)

Di surga terdapat segala bentuk kesenangan dan juga kenikmatan. Apa-apa yang diharapkan atau diinginkan penghuninya maka tersedia. Allah berfirman,

 ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنتُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ تُحْبَرُونَ . يُطَافُ عَلَيْهِم بِصِحَافٍ مِّن ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

(70)Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan. (71) Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS Az Zukhruf: 70-71)

Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman:

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنَ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

Saya sediakan bagi hamba-hambaKu yang shalih apa-apa yang mata belum melihatnya, telinga belum mendengarnya dan belum terlintas di pikiran manusia.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

Sifat Calon Penghuni Surga

Surga disediakan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Dalam banyak ayat dan hadits dijelaskan secara rinci sifat-sifat orang yang dijanjikan masuk surga. Diantara sifat-sifat tersebut adalah yang disebutkan Allah dalam surat Ali Imran berikut 133-135 saat menjelaskan sifat-sifat orang yang bertaqwa:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ  الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ  وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“(133) Bersegeralah menuju ampunan Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (134) Yaitu orang-orang yang menginfakkan hartanya di kala senang maupun di kala susah, orang-orang yang menahan amarah, yang suka memaafkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (135) Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri maka mereka pun segera mengingat Allah lalu meminta ampunan bagi dosa-dosa mereka, dan siapakah yang mampu mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka juga tidak terus menerus melakukan dosanya sementara mereka mengetahuinya.” (Qs. Ali Imron: 133-135)

Diantara sifat yang disebutkan dalam ayat diatas: (1) Taqwa, (2) Berinfaq di kala senang maupun susah, (3) Menahan amarah, (4) pemaaf, (5) muhsin (suka berbuat baik), (6) Dzikir atau ingat tuhanNya (7) suka beristiqfar, (8) segera bertaubat jika salah atau berbuat dosa.

Allah juga berfirman dalam surat Al Mukminun saat menjelaskan tentang sifat-sifat orang mukmin:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِى صَلاَتِهِمْ خَـشِعُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُّعْرِضُونَ مُّعْرِضُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَـوةِ فَـعِلُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَـفِظُونَ حَـفِظُونَ * إِلاَّ عَلَى أَزْوَجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَـنُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَـنُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ * فَمَنِ ابْتَغَى وَرَآءَ ذلِكَ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْعَادُونَ هُمُ الْعَادُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ لاَِمَـنَـتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَعُونَ * وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَتِهِمْ يُحَـفِظُونَ * أُوْلَـئِكَ هُمُ الْوَرِثُونَ * الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَـلِدُونَ

“(1)Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (2) (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, (3) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (4) dan orang-orang yang menunaikan zakat, (5) dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (6) kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki ; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. (7) Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (8) Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (9) dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. (10) Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (11) (ya’ni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. ” (QS Al Mu’minun: 1-11)

Diantara sifat yang disebutkan dalam ayat diatas: (1) Beriman, (2) kyusuk dalam sholat, (3) jauh dari perkara sia-sia, (4) menunaikan zakat, (5) menjaga kemaluan, (6) menjaga amanat dan janji.

Di dalam hadits-hadits Nabi juga dijelaskan sifat-sifat orang yang dijanjikan masuk surga. Diantaranya adalah Rasulullah bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ،

“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. ” (HR Muslim)

Beliau juga bersabda:

مَنْ بَنَى مَسْجِداً يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ بَنَى اللهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa membangun masjid karena mengharap wajah Allah maka Allah akan membangunkan untuknya yang semisalnya di dalam syurga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah memudahkan kita semuanya untuk menjadi penghuni surge. Amien.

Ramadhan #28: Neraka dan Sebab-Sebab Masuk Neraka

 Neraka dan Sebab-Sebab Masuk Neraka



Allah Maha Adil yang membalas hambaNya sesuai dengan amalan yang dilakukan. Hamba yang beriman dan berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan dan nanti di akhirat akan dimasukan ke dalam Surga. Sebaliknya, hamba yang kufur dan berbuat kejelekan maka diancam dengan siksaan neraka. Allah sama sekali tidak berbuat dzolim terhadap hambaNya. Neraka adalah sejelek-jelek tempat kembali yang berisi berbagai macam siksaan dan kesengsaraan yang abadi –semoga Allah menjauhkan diri kita darinya-. Untuk itu mari kita jaga diri kita agar terhindar dari siksa api neraka. Allah ta’ala berfirman,

وَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِيٓ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ

“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang kafir.” (QS Ali Imran: 131)

Sifat Neraka

Di dalam al Qur’an dan Sunnah disebutkan sifat dan karakteristik neraka. Diantaranya firman Allah ta’ala:

إِنَّآ أَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ سَلَٰسِلَاْ وَأَغۡلَٰلٗا وَسَعِيرًا

“Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang kafir rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.” (QS al-Insaan: 4)

Allah juga berfirman:

وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ * إِذَا أُلْقُوا فَيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِىَ تَفُورُ * تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَآ أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ

“(6) Dan orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (7) Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak. (8) hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka:”Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” (QS al-Mulk: 6-8)

 

إِنَّ ٱلۡمُجۡرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ * لَا يُفَتَّرُ عَنۡهُمۡ وَهُمۡ فِيهِ مُبۡلِسُونَ * وَمَا ظَلَمۡنَٰهُمۡ وَلَٰكِن كَانُواْ هُمُ ٱلظَّٰلِمِينَ * وَنَادَوۡاْ يَٰمَٰلِكُ لِيَقۡضِ عَلَيۡنَا رَبُّكَۖ قَالَ إِنَّكُم مَّٰكِثُونَ

“(74) Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. (75)Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. (76) Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (77) Mereka berseru:”Hai Malik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja”. Dia menjawab:”Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”. (QS az-Zukhruf: 74-77)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إن أهون أهل النار عذابا من له نعلان وشِراكان من نار يغلي منهما دماغه كما يغلي المرجل ما يرى أن أحدا أشد منه عذابا، وإنه لأهونهم عذابا

“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaan adalah orang yang mempunyai dua sendal dan dua talinya dari api yang mendidih dari keduanya otaknya, sebagaimana mendidih periuk, ia tidak melihat ada orang yang lebih berat siksaan darinya, dan sesungguhnya ia adalah yang paling ringan siksaan.” (HR Muslim)

Sebab-sebab masuk neraka

Kita perlu mengetahui sebab-sebab masuk neraka agar kita bisa menjauhinya. Allah dan Rasulullah telah menjelaskan secara rinci sebab-sebab yang dapat memasukkan dalam neraka. Secara umum, sebab-sebab masuk neraka dapat dibagi menjadi dua jenis:

  • Sebab kekafiran yang mengeluarkan dari agama. Hal ini menyebabkan kekal di neraka.
  • Sebab kefasikan yang tidak sampai mengeluarkan dari agama. Hal ini menyebabkan masuk neraka tetapi tidak sampai kekal di dalamnya.

Sebab-sebab jenis pertama yaitu yang mengeluarkan dari agama dan menyebabkan kekal di neraka. Diantaranya:

  1. Syirik baik dalam hal rububiyah, uluhiyah maupun asma wa sifat.
  2. Kufur terhadap Allah, malaikat, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir atau takdir.
  3. Mengingkari kewajiban salah satu dari rukun Islam (syahadat, sholat, dan seterusnya)
  4. Mengolok-olok Allah, agama, atau rasulNya.
  5. Berhukum dengan selain hukum Allah

Sebab-sebab jenis kedua, yang tidak sampai menyebabkan keluar dari agama. Diantaranya:

  1. Durhaka terhadap kedua orang tua
  2. Memutus silaturahmi
  3. Memakan riba
  4. Memakan harta anak yatim
  5. Persaksian palsu
  6. Menyogok
  7. Dan lainnya

Mari kita jauhi seluruh sebab-sebab yang bisa memasukkan ke dalam neraka. Terutama kesyirikan dan juga hal-hal yang dapat mengeluarkan dari agama.

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS Al Maidah: 72)

Semoga Allah menjauhkan kita dan keluarga kita dari api neraka. Amien.

Ramadhan #29: Berhari raya sesuai sunnah

Berhari raya sesuai sunnah



Hari raya adalah hari kebahagiaan dan syukur kepada Allah. Mari kita isi dengan kebaikan dan kita teladani petunjuk dari panutan kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Allah berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

 Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (QS Al Ahzab: 21)

 

Diantara amalan yang disyariatkan di hari raya adalah:

 

Pertama, Banyak mengucapkan takbir, terutama saat keluar dari rumah menuju mushola (tanah lapang) sampai shalat ied dilaksanakan. Allah berfirman,

وَلِتُكَبّرُواْ الله على مَا هداكم وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS Al-Baqarah: 185)

 

Kedua, Bersuci dengan mandi untuk hari raya, berdasarkan  atsar dari Ibnu Umar.

 

Ketiga, Makan pada hari raya ‘Idul Fitri sebelum melaksanakan sholat, hal ini berdasarkan hadits dari Anas bin Malik beliau berkata, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berangkat pada hari ‘Idul Fitri sampai beliau memakan beberapa butir kurma.” (HR. Bukhari)

 

Keempat, berhias dan mempercantik diri dengan memakai pakaian yang terbaik yang ada serta memakai minyak wangi dan bersiwak. Bahkan Rasulullah memiliki pakaian yang khusus dikenakan di hari raya. Namun, bagus belum tentu berarti harus baru dan mahal.

 

Kelima, disunahkan berangkat dengan berjalan kaki ke musholla, dan pulang melewati jalan yang lain.

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau sengaja melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.” (HR. Bukhari)

 

Keenam, Menampakkan kebahagiaan di hari raya. Suatu saat Abu Bakar mengingkari dua anak perempuan kecil yang bernyanyi karena bahagia di hari raya. Maka Rasulullah berkata pada Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar, setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita.”

 

Sebagian salaf dahulu juga menyukai untuk mengucapkan selamat satu dengan yang lainnya di hari raya. Mereka mengucapkan saling mengucapkan “تقبل الله منا ومنكم”  taqabbalallahu minna waminkum (semoga Allah menerima amal kami dan kalian).

 

Selain itu kita jauhi hal-hal yang menyelisihi syariat baik yang berupa maksiat atau amalan-amalan yang tidak disyariatkan.  Diantara hal yang menyelisihi syariat adalah ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), bersalaman yang bukan mahram, berlebihan dalam berpakaian dan makanan, tabarruj (berlebihan dalam berdandan bagi wanita), dan lainnya. Jangan sampai kita nodai kemuliaan hari raya dengan hal-hal yang menyelisihi syariat ini.

 

Semoga Allah menerima amal kita semuanya. Amien.

Ramadhan #30: Istiqomah dalam ibadah

 Istiqomah dalam ibadah



Kita bersyukur telah dapat melaksanakan ibadah sebulan penuh di bulan yang mulia, yaitu bulan Ramadhan. Semoga Allah menerima segala amal kebaikan kita di dalamnya, baik berupa puasa, qiyamul lail, qiraatil qur’an, shadaqah dan amalan yang lainnya. Dengan berakhirnya Ramadhan bukan berarti berakhir pula segala amalan kita. Jangan menjadikan amalan Ramadhan hanya sebagai amalan musiman. Mari kita jaga amalan-amalan yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan. Diantaranya kita lengkapi puasa Ramadhan kita dengan puasa 6 hari di bulan Syawal. 

Rasulullah bersabda,


‏مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ


“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim)


Salah satu bukti kita sukses melewati Ramadhan adalah dengan tetap istiqomah beribadah setelahnya. 

Para ulama’ mengatakan,


إن من علامةِ قبول الحسنة، الحسنة بعدها


“Sesungguhnya diantara alamat diterimanya kebaikan adalah mengerjakan kebaikan selanjutnya”


Setelah sebulan penuh kita bersungguh-sungguh dalam ibadah di bulan Ramadhan, kita ikuti dan kita jaga ibadah kita dibulan-bulan selanjutnya.


Istiqomah dalam Ibadah


Hendaknya kita berusaha istiqomah dalam ibadah. Amalan yang sedikit tetapi istiqomah itu lebih baik daripada banyak tetapi hanya sesaat. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ


“Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim)


Mari kita isi seluruh hidup kita dengan ibadah kepada Allah, berpindah dari satu kebaikan kepada kebaikan yang lain.  Kita bertaqwa kepada Allah kapan pun dan dimana pun kita berada. Jangan sampai saat di bulan Ramadhan kita menjadi seorang yang begitu dekat dengan ketaqwaan, tetapi di luar Ramadhan sangat jauh darinya. 

Rasulullah bersabda,


اتقي الله حيثما كنت، وأتباع السيئة الحسنة تمحوها، وخالق الناس بخلق حسن”


‎”Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa ‎dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq ‎yang baik”. (HR. Tirmidzi, hasan shahih) ‎


Diantara Cara agar Istiqomah Ibadah


Banyak cara agar kita bisa istiqomah dalam beribadah kepada Allah. Hal yang terpenting adalah menghadirkan dalam hati kita pengagungan terhadap Allah dalam setiap ibadah yang kita lakukan. Jika hati kita dipenuhi dengan pengagungan terhadap Allah maka kita akan ringan melakukan ibadah dan mudah pula untuk istiqomah mengerjakannya. Kita melakukan ibadah dengan penuh keikhlasan dan cinta pada Allah, bukan sekedar melepaskan beban kewajiban (ibadah) dari diri kita.


Diantara cara agar kita dapat istiqomah dalam ibadah adalah dengan mencari lingkungan dan teman-teman yang baik. Lingkungan yang baik akan mendukung kita untuk melakukan ibadah. Untuk itu hendaknya kita berusaha selalu dekat dengan masjid. Dekat dengan masjid akan membuat kita rindu dengan ibadah. Menghadiri sholat lima waktu secara berjama’ah di masjid bagi laki-laki atau menghadiri majelis dzikir/ilmu.


Yang tak kalah penting agar kita bisa istiqomah dalam ibadah adalah dengan banyak berdo’a kepada Allah. Kita berdo’a agar diberi kekuatan dan keistiqomahan dalam ibadah. Diantara do’a yang bisa kita baca adalah do’a yang sering Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan:


يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ


“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR Tirmidzi)


Ibadah tidak mengenal batasan waktu. Selama Allah memberi kita kehidupan, maka selama itu pula kita berusaha mengabdikan hidup kita untuk beribadah kepadaNya. Semoga kita senantiasa beribadah sampai ajal menjemput kita. 

Allah berfirman,


وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ


“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS Al Hijr: 99)


Semoga bermanfaat, sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rosulullah

Jumat, 22 April 2022

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

 



Saya adalah satu-satunya Calon Guru Penggerak di sekolah. Saya harus menjadi pembeda dan berdedikasi nyata bagi sekolah. Menjadi teladan dan pemimpin bagi semua warga sekolah; teman sejawat, karyawan, siswa dan masyarakat. Saya harus berubah, memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan yang dimiliki. Namun saya bukanlah pesulap yang bisa merubah keadaan dalam sekejap, bukan superman yang bisa melakukan semuanya sendirian atau orang hebat yang punya sederet prestasi dan penghargaan. Saya hanyalah seorang guru biasa yang berusaha untuk terus-menerus belajar dan meningkatkan kompetensi diri, berguna bagi orang lain dan memberi warna bagi semua.

Saya akan melakukan langkah kecil bagi sekolah saya. Langkah ini tentu akan menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Siapa sih anda? Seberapa hebatkah anda? Guru Penggerak, bisa apa? Bagaimana tidak, saya telah mempersiapkan ‘rencana besar’ untuk merubah visi dan misi sekolah yang selama ini sepertinya menjadi sesuatu yang tabu untuk dilakukan, merubah tradisi yang lestari. Visi misi yang berpihak pada siswa. Selama ini visi misi sekolah cenderung berpihak pada aspek pengembangan institusi sekolah yang lebih mapan, bukan pada kebutuhan siswa yang menjadi prioritas. Memang tentu saja beririsan dan saling terkait. Namun saya ingin visi misi sekolah yang benar-benar berorientasi pada siswa. Toh tujuan pendidikan bukan membangun sekolah yang megah dan indah, tapi membangun Sumber Daya Manusia yang berdaya.  Sudah belasan tahun visi dan misi sekolah tidak berubah. Padahal perubahan situasi, kondisi dan paradigma bergerak begitu cepat. Haruskah kita berfikir kolot, bahwa itu adalah hal yang tabu dan sulit dirubah. Hanya pada sisi strategi dan rencana kegiatan (RAKS, RKJM/RKJP) saja yang terkadang ada sedikit perubahan. Itu pun biasanya dipengaruhi oleh mutasi dan rotasi kepala sekolah yang memiliki visi berbeda.

SI KECIL YANG BERDAMPAK BESAR

Langkah pertama yang telah saya mulai adalah berdiskusi dengan beberapa stakeholder untuk rencana ini misalnya dengan pengawas pembina, kepala sekolah, pendamping dan beberapa rekan senior di manajemen sekolah. Tujuannya adalah melakukan penjajagan dan identifikasi fakta-fakta relevan yang bisa dikembangkan. Seperti yang saya bayangkan, ada yang mendukung ada juga yang menolak. Saya hanyalah seorang guru junior yang mencoba ingin membuat perubahan kecil. Banyak hal yang harus saya pertimbangkan, terutama dampak dan penerimaan serta kolaborasi yang mungkin menjadi penghambat. Disinilah  dilema etika yang saya alami. Namun sepertinya sebagian rekan sejawat mulai melihat langkah kecil yang berdampak besar. Saya telah mengawalinya dengan membuka cakrawala dan mindset rekan kerja akan esensi merdeka belajar. Diawal semester kemarin saya diminta sebagai narasumber IHT sekolah dengan mendesiminasikan apa yang saya dapatkan dalam PGP ini. Saya juga memimpin rekan kerja dalam mengikuti berbagai program daring kemdikbud. Dampaknya cukup signifikan. Dukungan! Inilah yang memotivasi saya untuk bergerak lebih maju lagi. Selanjutnya saya menyusun rencana pengimbasan berbagai paradigma baru pendidikan. Prioritas utama adalah pembelajaran berdiferensiasi yang menurut saya pendekatan ini yang selama ini diperlukan di sekolah saya yang sangat heterogen.

Langkah berikutnya adalah saya akan menyusun program diseminasi program pembelajaran berdiferensiasi melalui sebuah IHT awal tahun pelajaran. Dalam hal ini saya telah berkoordinasi dengan manajemen sekolah khususnya kurikulum untuk merealisasikannya. Ini sangat penting bagi sekolah kami karena heterogenitas siswa adalah salah satu faktor yan menjadi ‘penghambat’ pembelajaran dan belum ditemukan solusi yang efektif untuk menerapkannya. Salah satu faktor utamanya adalah letak geografis dan kualitas lulusan dari sekolah yang sangat beragam karena berada di wilayah pelosok daerah. Sejujurnya, secara pribadi saja telah mencoba menerapkan dalam pembelajaran di kelas untuk diri saya sendiri yang dimaksudkan sebagai ujicoba pilot project efektivitas metode/teknik sebelum didesiminasikan kepada rekan yang lain agar kekurangan dan kelebihannya dapat teridentifikasi.


MISSION I’M POSSIBLE

Tibalah pada misi besar besar saya yaitu, perubahan Visi dan Misi Sekolah yang berdampak pada siswa. Saya menyebutnya Mission I’m Possible. Misi yang saya yakin bisa diwujudkan meskipun ada ketidakmungkinan. Mengapa disebut berdampak besar? Karena visi dan misi adalah target, tujuan, orientasi sekolah yang diarealisasikan oleh seluruh stakholder dan menjadi indikator barometer pencapaian. Seluruh program dan reancana kegiatan sekolah harus mengacu pada visi dan misi sekolah. Karena sejatinya visi dan misi merupakan ekstraksi/intisari cita cita seluruh warga sekolah untuk siswanya. Untuk mewujudkannya tentu saja harus ada kolaborasi dari semua pemangku kepentingan. Langkah awalnya tentu saja saya harus melibatkan pihak-pihak perancang dan pembuat keputusan. Secara kebetulan saya termasuk di dalamnya. Oleh karena itu diskusi intensif, sosialisasi bahkan lobbying perlu dilakukan dalam tahap awal ini saya telah menyampaikan kepada manajemen sekolah mengenai hasil lokakarya bersama kepala sekolah dan pengawas pembina untuk direalisasikan di satuan pendidikan.

Langkah berikutnya yang telah dilakukan adalah membuat skenario kegiatan bersama kepala sekolah dan pendamping. Intinya sudah disepakati bahwa kegiatan akan dilakukan pada akhir tahun pelajaran ini dan diharapkan awal tahun pelajaran sudah terealisasi. Saya mempersiapkan Bapak pendamping PGP saya sebagai nara sumber kegiatan untuk mentransformasikan visi sekolahnya yang hampir sama dan diterapkan di sekolah kami. Sekarang saya akan mengkaji ulang visi, misi dan strategi sekolah untuk menganalisa bagian-bagian yang harus dipertahankan, dirubah atau ditingkatkan. Saya akan mencoba menerapkan konsep BAGJA dalam menyusun draf visi misi ini. Selanjutnya, menjelang akhir tahun pelajaran ini saya diminta untuk menyiapkan rancangan /draf visi dan misi yang baru berupa cetak biru program. Beberapa poin penting yang akan dimasukan dalam draf visi misi ini adalah pendidikan kecakapan hidup (PBKL), literasi sekolah digital, program unggulan seni dan olahraga, serta Sekolah Indah Ramah Anak. Setelah draf ini selesai saya akan melaporkannya kepada Tim Pengembang Sekolah untuk dibawa ke rapat pimpinan sekolah dan selanjutnya sekolah akan membentuk tim penyusun visi misi dan strategi sekolah. Pihak yang secara angsung akan berkolaborasi llangsung adalah kurikulum dan kesiswaan. Karena saya ingin vsis misi ini berorientasi pada pembelajaran dan menghamba pada sang anak. Rencananya visi misi dan strategi yang baru ini akan disosialisasikan pada akhir tahun pelajaran, dan secara efektif diharapkan mulai diberlakukan pada tahun ajaran mendatang setelah semua legalitasnya terpenuhi bersama dengan penyerahan KTSP, RAKS, dan RPJP sekolah ke dinas.

<<< P e n d i d i k a n >>> <<< P e r t a n i a n >>>