Belajar bersama Masipin merupakan blogger yang berisikan tentang Pendidikan, Pertanian dan Dakwah.. Apabila ada kesesuaian dengan blog lain dan kesalahan upload kami mohon maaf.

Mengeluh Hanya Akan Membuat Kita Tertekan

Banyak cara mudah dan sederhana yang bisa kamu lakukan untuk mengembalikan kondisimu agar tak selalu merasa terpuruk.

Bersyukur akan senantiasa membawa kita pada jalan kemudahan

Tanpa dipungkiri, hidup tidak selalu berada selalu pada titik bahagia. Ada kalanya kamu akan merasakan kondisi di mana sedang terjatuh atau terpuruk. Namun, kondisi sedih seperti ini tidak patut kamu ratapi secara berlarut-larut.

Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hari ini

Tentunya dengan menyiapkannya terlebih dahulu beberapa hal untuk menjemput masa depan yang telah kamu idam-idamkan tersebut.

Bila gagal, ya coba lagi! Sampai kapan? Sampai sukses!

Tak selamanya perjalanan itu mulus tanpa rintangan. Saat menjalani tantangan tersebut, dan kamu gagal, maka jangan menyerah. Kamu hanya butuh mencoba lagi, coba terus, dan terus sampai kamu sukses.

Ingin gembira harus menyukai kelelahan akibat bekerja

sebelum mencapai puncak kegembiraan yang seutuhnya, kamu perlu merasakan sakit atau kelelahan terlebih dahulu.

Jarak antara cita-cita dan kenyataan adalah aksi nyata

TERGERAK (Hati yang bersih dan ikhlaslah yang tersentuh), BERGERAK (Tak selamanya perjalanan itu mulus tanpa rintangan), MENGGERAKKAN (Badai rintangan pasti menghantui).

Minggu, 20 Februari 2022

Modul 2.1.a.9 Koneksi Antar Materi


 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh guru agar mampu mengakomodir seluruh kebutuhan murid yang berbeda di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Sebagai guru, tentunya dipahami bahwa jumlah murid yang diajar di dalam kelas memiliki keberagaman tersendiri karena sejatinya setiap murid memiliki keunikannya masing-masing. Dengan keunikan tersebut, guru sebagai pendidik bertindak sebagai fasilitator dalam memahamkan materi kepada murid dan memfasilitasi agar semua murid mampu memproses ide atau informasi yang diperolehnya serta mampu mengembangkan suatu produk sesuai dengan kemampuan muridnya masing-masing. Untuk itu, pada pembelajaran berdiferensiasi, perlu persiapan atau strategi pembelajaran yang tepat dari guru baik meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk dengan mengacu pada aspek pemetaan kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti bahwa guru harus melaksanakan kegiatan yang berbeda dalam membuat perencanaan pembelajaran atau menyusun beberapa perencanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Akan tetapi dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi harus dilaksanakan secara efektif dan efisien agar murid merasa aman dan nyaman dalam belajar serta pemenuhan kebutuhan murid dapat terwujud, tidak akan ada murid yang merasa diistimewakan atau sebaliknya. Peran guru sangat penting dalam menciptakan atmosfer lingkungan belajar yang memungkinkan murid untuk berada dalam kondisi jauh dari rasa takut, berani dan tampil percaya diri dalam mengungkapkan ide atau pendapat, senang dalam berkolaborasi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, menyukai tantangan atau hal-hal baru sehingga murid mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Guru juga perlu melakukan berbagai pendekatan terhadap konten, proses, dan produk dalam pembelajaran berdiferensiasi untuk menumbuhkan motivasi murid agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Dasar pemetaan kebutuhan belajar murid dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi meliputi tiga hal, yaitu:

1. Kesiapan Belajar Murid

Sebelum mempelajari materi atau topik, guru perlu memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosa kesiapan belajar murid. Misalnya, pada diferensiasi konten, ada murid yang sudah siap mempelajari materi yang di dalamnya terdapat masalah berupa tantangan atau kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Ada juga murid yang mungkin masih perlu mempelajari hal-hal yang mendasar dalam memahami materi. Tentunya, perbedaan kognitif dari murid membantu guru untuk mempersiapkan bahan ajar, cara atau strategi yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut dalam pembelajaran. Jumlah bantuan atau dukungan yang diberikan guru kepada murid menyesuaikan dengan tingkat kesiapan belajar murid itu sendiri.

2. Minat Belajar Murid

Hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru perlu memetakan murid berdasarkan minat belajarnya. Sebagai contoh, ada murid yang senang belajar seni, olah raga, sains atau bidang-bidang tertentu. Dalam hal ini, guru harus siap untuk memfasilitasi kebutuhan murid tersebut. Guru dapat memberikan pilihan kepada muridnya untuk belajar sesuai dengan minatnya, misalnya dalam menghasilkan produk. Dalam diferensiasi produk, murid menghasilkan produk sebagai bentuk pencapaian tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat belajar murid masing-masing. Murid diberikan kebebasan dalam belajar. Murid bebas menghasilkan produk baik berupa teks atau tulisan seperti artikel, narasi, karangan atau bentuk produk lain yang sesuai minat belajarnya seperti audio, video, poster, mind mapping dan lainnya baik secara individu maupun secara berkelompok selama produk tersebut merujuk pada indikator atau standarisasi minimum penilaian.

3. Profil Belajar Murid

Pemetaan kebutuhan murid berdasarkan profil belajar murid lebih kepada bagaimana murid belajar sesuai dengan gaya belajarnya yang beragam atau bervariasi. Misalnya pada diferensiasi proses, untuk murid yang memiliki gaya belajar visual maka pada proses pembelajaran guru dapat memberikan materi dengan menggunakan media berupa gambar-gambar, tampilan slide power point, grafik dan sebagainya yang membantu murid dalam belajar dan mengaitkan konsep satu dengan yang lainnya sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Demikian pula, untuk murid yang memiliki gaya belajar auditori maka guru dapat memberikan materi menggunakan atau diiringi dengan musik.

Dengan ketiga dasar pemetaan tersebut, guru akan mampu merancang pembelajaran berdiferensiasi dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, yaitu mampu mengakomodir segala perbedaan dari murid, apa yang dibutuhkan oleh murid dalam belajar dan apa yang dapat dilakukan oleh murid terhadap pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya serta bagaimana guru dapat merespon seluruh kebutuhan belajar murid yang berbeda tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti bahwa guru harus melakukan kegiatan yang berbeda dalam membuat perencanaan pembelajaran atau menyusun beberapa perencanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Namun, dalam melakukan praktek pembelajaran berdiferensiasi tentunya harus dilakukan secara efektif dan efisien, mempertimbangkan moda, usaha dan waktu yang digunakan.

Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan efektif dan efisien juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sebagai guru, tentu memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan atmosfer lingkungan belajar yang memungkinkan murid untuk berada dalam kondisi jauh dari rasa takut, berani dan tampil percaya diri dalam mengungkapkan ide atau pendapat, senang dalam berkolaborasi, berpartisipasi aktif dalam diskusi, menyukai tantangan atau hal-hal baru sehingga murid mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Dalam hal ini, berbagai pendekatan dilakukan oleh guru terhadap konten, proses dan produk dalam pembelajaran berdiferensiasi untuk menumbuhkan motivasi murid agar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Demikian pula, umpan balik, evaluasi dan refleksi secara kontinyu juga terus dilakukan agar guru pun menjadi pembelajar sepanjang hayat. Jika pembelajaran berdiferensiasi ini dilakukan dengan efektif dan efisien maka semua murid akan merasa aman dan nyaman dalam belajar serta pemenuhan kebutuhan murid dapat terwujud, tidak akan ada murid yang merasa diistimewakan atau sebaliknya. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini juga akan memberikan kemudahan bagi guru dalam memetakan dan mengakomodir seluruh kebutuhan murid untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman yang selalu berubah



Selasa, 15 Februari 2022

BUDAYA POSITIF by Muhammad Arifin


MENANAMKAN DAN MEMBIASAKAN BUDAYA POSITIF DENGAN KESEPAKATAN KELAS 

DALAM PROSES KEGIATAN PEMBEAJARAN PRAKTIK


  • Latar Belakang  

Sekolah idaman adalah sekolah yang mampu menciptakan kenyamanan dan memberikan kemerdekaan untuk hidup dan berkembang bagi peserta didik sesuai kodratnya. Sekolah tersebut terhindar dari segala macam bentuk penindasan, bulliying, kekerasan dan pemaksaan terhadap warga sekolah khususnya peserta didik. Sekolah tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan suasana yang penuh dengan kehamonisan dan pembiasaan yang positif
Faktanya kebanyakan lingkungan sekolah belum memberikan keleluasaan kepada peserta didik. Peserta didik masih terkekang dengan budaya negatif. Peserta didik menghindari pelanggaran karena takut dikucilkan. Peserta didik mentaati peraturan karena takut dihukum atau menerima konsekuensi yang berat dan dapat menurunkan nama baiknya. Akibatnya peserta didik melakukan kebaikan hanya pada saat di sekolah atau hanya pada saat di depan orang yang lain seperti di depan Ustadz, didepan Guru dan yang lainnya. Ketaatan pada aturan yang mereka lakukan tidak berasal dari kesadaran dan lubuk hati. Keteraturan tersebut bukanlah sebuah kebiasaan atas kesadaran tetapi karena ketakutan atau untuk mencari perhatian. 
Sekolah seyogianya berusaha menciptakan iklim pendidikan yang mampu membiasakan setiap warganya khususnya peserta didik melakukan budaya atau kebiasaan yang positif. Budaya yang mengakar kuat dan menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan secara kontinyu dan sadar oleh setiap warga sekolah. Semua pihak harus terlibat dalam pembiasaan positif tersebut. Pembiasaan positif yang merupakan budaya positif akan menjadi budaya sekolah.
Budaya yang dipegang teguh oleh seluruh warga sekolah dan menjadi kekhasan dari sekolah tersebut. Budaya tersebut harus terintegrasi dalam seluruh kegiatan sekolah, baik dalam pra pembelajaran, proses pembelajaran ataupun di luar kelas seperti masyarakatr. Pertanyaannya adalah bagaimana budaya positif dapat tumbuh dan tertanam dalam proses pembelajaran praktik, bagaimana budaya positif dapat terbiasa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Harapannya jika budaya positif mengakar dalam diri setiap peserta didik, maka  profil pelajar Pancasila akan tercipta.
  • Tujuan

  1. Menumbuhkan budaya positif dengan kesepakatan kelas.
  2. Menumbuhkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila pada diri peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
  3. Mengintegrasikan dan membiasakan peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai profil pelajar pancasila dalam kegiatan sehari-hari.

  • Tolak Ukur
  1. Peserta didik mampu membuat kesepakatan kelas yang dipasang dinding kelas.
  2. Peserta dapat mengaplikasikan nilai-nilai profil pelajar Pancasila secara sadar dan kontinyu dalam proses belajar
  3. Peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran praktik dengan sadar mengamalkan nilai-nilai profil pelajar Pancasila.
  • Linimasa tindakan yang dilakukan

    Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan:

  1. Sosialisasi kepada seluruh warga sekolah meliputi kepala sekolah, guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan terkait disiplin positif, kesepakatan kelas dan profil pelajar Pancasila.
  2. Guru menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya kesepakatan kelas.
  3. Guru memfasilatasi peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas.
  4. Kesepakatan kelas yang telah disepakati selanjutnya ditandatangani seluruh warga kelas dan dipasang di dinding kelas.
  5. Sosialisasi kepada seluruh peserta didik baru tentang penumbuhan karakter dengan mengikuti kegiatan pembelajaran praktik
  6. Menumbuhkan, menanamkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar pancasila dan kegiatan sehari-hari.
  7. Mendokumentasikan setiap kegiatan pembelajaran praktik yang menumbuhkan, mencerminkan dan membiasakan nilai-nilai profil pelajar Pancasila.
  • Dukungan yang dibutuhkan

  1. Orang tua di rumah dalam membiasakan budaya positif.
  2. Warga sekolah sebagai role model/ teladan bagi peserta didik dalam menanamkan budaya positif.
  3. Seluruh warga sekolah berkolaborasi, bergotong royong dan bergerak bersinergis dalam menciptakan serta membiasakan budaya positif di sekolah.

  • Dokumentasi

1.      Membuat kesepakatan Kelas

    
2.      Sosialisasi ke Warga Sekolah
    
3.      Aksi Hasil Kesepekatan Kelas
     
     


UNTUK MELIHAT VIDEO AKSI LENGKAPNYA :




 

 

 

 

<<< P e n d i d i k a n >>> <<< P e r t a n i a n >>>