Praktisi Pendidikan dan Pertanian
Banyak cara mudah dan sederhana yang bisa kamu lakukan untuk mengembalikan kondisimu agar tak selalu merasa terpuruk.
Tanpa dipungkiri, hidup tidak selalu berada selalu pada titik bahagia. Ada kalanya kamu akan merasakan kondisi di mana sedang terjatuh atau terpuruk. Namun, kondisi sedih seperti ini tidak patut kamu ratapi secara berlarut-larut.
Tentunya dengan menyiapkannya terlebih dahulu beberapa hal untuk menjemput masa depan yang telah kamu idam-idamkan tersebut.
Tak selamanya perjalanan itu mulus tanpa rintangan. Saat menjalani tantangan tersebut, dan kamu gagal, maka jangan menyerah. Kamu hanya butuh mencoba lagi, coba terus, dan terus sampai kamu sukses.
sebelum mencapai puncak kegembiraan yang seutuhnya, kamu perlu merasakan sakit atau kelelahan terlebih dahulu.
TERGERAK (Hati yang bersih dan ikhlaslah yang tersentuh), BERGERAK (Tak selamanya perjalanan itu mulus tanpa rintangan), MENGGERAKKAN (Badai rintangan pasti menghantui).
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Sebelum melakukan telaah materi, silakan Anda mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini :
Sebelum mempelajari tentang sekolah sebagai ekosistem silahkan menyimak tayangan Video Sekolah Sebagai ekosistem berikut.
Eksosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
Sebelum mempelajari tentang Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking) silahkan menyimak tayangan Video berikut.
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan | Berbasis pada aset |
Fokus pada masalah dan isu | Fokus pada aset dan kekuatan |
Berkutat pada masalah utama | Membayangkan masa depan |
Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang? | Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut. |
Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain | Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan) |
Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah | Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan |
Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek | Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan |
(Green & Haines, 2010)
Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah.
Dalam mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan pedesaan .
Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
1. Modal Manusia
2. Modal Sosial
3. Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
4. Modal Lingkungan/alam
5. Modal Finansial
6. Modal Politik
7. Modal Agama dan budaya
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak silakan menyimak video berikut ini
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah Anda menonton dan menyimak video yang menunjukkan suasana rapat guru dan kepala sekolah yang berbasis masalah/kekurangan dengan berbasis aset, kemudian menjawab pertanyaan.
Begitu juga dengan murid kita, apabila kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan guru lainnya atau Kepala Sekolah, biasanya apakah yang kita bahas? Kekurangan atau kenakalan dari murid kita atau kebaikan atau kekuatan yang dimiliki murid kita?
FORUM DISKUSI EKSPLORASI
KONSEP - PEMIMPIN DALAM PEMBELAJARAN
Studi Kasus 1
Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua. Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong.
Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan. Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan. Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan. Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.
Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK. Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.
Jawaban Studi Kasus 1 :
Saya melihat kasus Ibu Lilin
ini belum mencerminkan penggunaan pendekatan berbasis aset karena dari awal kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh ibu Lilin, ia terbiasa dengan aset siswa yang
memiliki kecerdasan kognitif yang baik, disiplin yang baik serta kemauan belajar dari diri
yang sangat baik. Terbukti walapun jam kosong para siswa tetap aktif belajar,
ketika bergulir PPDB lewat jalur zonasi ibu Lilin belum terbiasa menghadapi
tantangan atau mengelola aset siswa yang kemungkinan bersifat heterogen dan ada
dibawah rata rata sehingga bu Lilin memandang hal tersebut sebagai kelemahan
siswanya.
Perubahan sistem penerimaan
siswa baru membuat ibu Lilin kurang mampu menggunakan aset SDM Siswa yang
heterogen, jika ditelisik lebih dalam dengan adanya siswa yang heterogen maka
hal ini dapat melatih kemampuan ibu Lilin dalam mengembangkan pembelajaran
berdiferensiasi di kelas yang diampunya, selain itu penting pula pelaksanaan
PSE (Pembelajaran Sosial Emosianal)
dilakukan oleh ibu Lilin agar ia dapat terhindar dari rasa marah, kecewa atau
bahkan frustasi didalam menghadapi siswanya tersebut.
Jika saya sebagai kepala
sekolah saya akan menasihatinya bahwa yang dilakukan ibu Lilin udah baik tetapi
akan lebih baik jika menghadapi PPDB berbasis zonasi menggunakan pendekatan
berbasis aset dan dalam pembelajaran menggunakan metode PSE (Pembelajaran Sosial Emosianal ) dan memberikan pandangan
sebab akibat yang akan ditimbulkan pada sekolah akibat ibu Lilin.
Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri. Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Jawaban Studi Kasus 2 :
Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat menerima dengan
rasa syukur dengan menyanggupi kepercayaan dan harapan dari semua warga sekolah.
Pak Pupur adalah sumber daya berkualitas yang menjadi asset terhadap perbaikan
kehidupan pada komunitas. Dengan segala kekuatan dan kelebihan yang dimiliki
Pak Pupur menjadi modal diri untuk bisa lulus menjadi pengawas sekolah. Jika Pak pupur Lulus banyak harapan kepadanya untuk
memberikan perubahan positif terhadap ekosistem pendidikan di sekolah dan perbaikan
terhadap mutu pendidikan.
Jika Saya sebagai kepala sekolah, saya tetap akan
merekomendasikan pak Pupur sebagai pengawas sekolah karena berdasarkan
pendekatan pengembangan komunitas yang kita miliki, apalagi SDM Pak Pupur
sendiri sudah teruji bahkan rekan guru lainnya mendukung pengajuan pak Pupur
sebagai calon pengawas sekolah. Namun melihat pak pupur yang menampakkan rasa
sedihnya, berdasarkan modul terdahulu perlu diadakan coaching dengan tehnik
tirta pada pak Pupr yang dilakukan kepala sekolah, selain itu tehnik
pengambilan keputusan dengan prinsip dilemma dan 9 langkah juga mesti dilaksanakan
untuk membantu kepala sekolah didalam mengahadapi persoalan tersebut.